Liputan6.com, Jakarta Bila tidak dilakukan intervensi diprediksi rumah sakit di DKI Jakarta tak sanggup menahan laju COVID-19 sampai Desember 2020. Prediksi tersebut melihat perhitungan dari penambahan kasus harian COVID-19 dan sembuh.
Seiring peningkatan tes COVID-19, jumlah konfirmasi positif di DKI Jakarta pun melesat di posisi teratas dari 34 provinsi di Indonesia. Lonjakan itu pun dapat berujung pada keterpakaian tempat tidur di rumah sakit yang semakin penuh.
Advertisement
"Kami melakukan perhitungan dengan gambaran berapa jumlah kasus harian kasus COVID-19 dan sembuh. Dilihat angka kesembuhan dan fatalitas," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Widyastuti saat sesi dialog virtual, Rabu (9/9/2020).
"Dan, memang benar, kalau tanpa intervensi dan tindakan lebih masif, sampai Desember 2020 tidak akan cukup (kapasitas rumah sakit)."
Lebih lanjut, Widyastuti menyampaikan, perlu ada pembatasan orang yang lebih ketat lagi.
"Saya setuju, bahwa virus ini (Corona COVID-19) tidak bergerak dengan sendirinya tapi dia dibawa oleh manusia. Harus ada kekuatan membatasi pergerakan orang, sehingga yang dilakukan adalah melakukan pembatasan pergerakan orang," lanjutnya.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Prediksi Maksimal Pasien yang Dirawat
Untuk melihat prediksi rumah sakit di Jakarta penuh, LaporCOVID-19 bersama tim Social Resilience Lab, Nanyang Technological University (NTU) melakukan proyeksi. Tim menggunakan pendekatan model matematika yang ditunjang dengan studi literatur dan data jumlah tempat tidur (TT) ICU, Bed Occupancy Rate (BOR), serta data kasus COVID-19 di DKI Jakarta.
"Kami menghitung korelasi antara jumlah keterpakaian tempat tidur dengan jumlah pasien positif yang dirawat di rumah sakit. Setelah itu kita mendapatkan korelasinya dan akan mencoba memprediksi kira-kira berapa kapasitas maksimal pasien yang dirawat di rumah sakit di Jakarta," ujar Fredy Tantri dari NTU.
"Data dan asumsi yang saya gunakan berasal dari data satu bulan ke belakang, yakni Agustus sampai September 2020. Dan hanya terbatas kasus positif aktif. Jadi, untuk kasus suspek dan probable ini masih belum kami sertakan analisis karena agak sulit ditemukan data."
Hasil pemodelan dari tim NTU, jumlah pasien bisa dirawat di rumah sakit di Jakarta sekitar 5.500 orang. Untuk prediksi kasus terburuk dapat terjadi dalam dua bulan mendatang.
"Kalau kasus terburuk bisa kita bayangkan kasusnya akan terus meningkat sampai dua bulan kedepan. Artinya, kalau sampai 5.500 pasien yang dirawat, pada titik itu, artinya rumah sakit ini sudah penuh. Kalau ada pasien baru COVID-19 yang harus dirawat bisa jadi tidak bisa lagi dirawat," lanjut Fredy.
Â
Advertisement
Kematian yang Tinggi
Fredy menambahkan, pemodelan prediksi yang dilakukan timnya juga menunjukkan angka kematian yang tinggi di DKI Jakarta.
"Pastinya akan sangat tinggi sangat tinggi. Berdasarkan studi literatur, kami coba cari itu agak sulit mencari data mengenai beberapa kemungkinan kematian orang yang harusnya masuk rumah sakit, tapi enggak masuk rumah sakit," tambahnya.
"Yang paling mendekati, kami menggunakan data pemodelan dari Jerman untuk melihat awal-awal kasus-kasus lonjakan pandemi COVID-19. Ini terjadi ketika dokter-dokter belum tahu treatment terbaik dalam menangani pasien."
Seandainya kasus COVID-19 di Jakarta naik terus dari September sampai Oktober 2020, proyeksi jumlah kematian akan meningkat tiga kali lipat.
"Yang mana pada 30 Oktober 2020 diprediksikan akan akan terjadi sekitar 3.000 kematian dari total orang yang terkonfirmasi COVID-19. Sekali lagi, ini belum belum termasuk kasus suspek dan probable," pungkas Fredy.