Liputan6.com, Jakarta Masih banyaknya masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan untuk mencegah COVID-19 juga bisa dikaitkan dengan persepsi risiko terhadap penyakit tersebut.
Hal ini disampaikan oleh pakar statistik dan epidemiologi Iwan Ariawan dalam sebuah siaran dialog dari Graha BNPB, Jakarta beberapa waktu yang lalu, dikutip Senin (14/9/2020).
"Kenapa banyak orang yang belum mau pakai masker atau memakai maskernya tidak konsisten, ini terkait dengan persepsi risiko. Jadi banyak masyarakat menganggap 'saya risiko tertular COVID-nya rendah, saya tidak mungkin tertular,'" kata Iwan.
Advertisement
"Ini kita harus perbaiki dulu bahwa saat ini, semua orang itu sangat mungkin untuk tertular COVID-19, makanya kita harus menjaga," ujarnya.
Selain itu, dari sisi aparat, Iwan menegaskan bahwa mereka juga harus melakukan penertiban bagi orang-orang yang belum melaksanakan protokol kesehatan dengan benar.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Pentingnya Menerapkan Protokol Kesehatan
Iwan mengatakan bahwa penerapan protokol kesehatan mencegah COVID-19 seperti memakai masker, menjaga jarak, dan rutin mencuci tangan pun adalah suatu hal yang mutlak dilakukan demi mencegah penyebaran penyakit.
Ia mengatakan bahwa suatu daerah tak mungkin selamanya melakukan Penerapan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan pasti akan dilakukan pelonggaran.
"Waktu dilonggarkan, kegiatan PSBB yang meminta orang untuk di rumah saja, harus digantikan dengan protokol kesehatan. Itu harus dilakukan dengan cakupan yang tinggi dan benar," ujarnya.
Dalam sebuah studi dilakukan pada 1 April hingga 6 September 2020 di DKI Jakarta, Iwan mengatakan bahwa diperlukan 55 persen atau lebih dari penduduk yang tinggal di rumah saja untuk menurunkan risiko penyebaran COVID-19.
"Kalau nanti PSBB mau dilonggarkan, kalau nanti sudah terkendali kemudian PSBB dilonggarkan lagi, itu dari penelitian yang ada harusnya cakupan pemakaian masker 85 persen. Baru kita bisa mempertahankan seperti kita lakukan PSBB."
Advertisement