Sukses

Pakai Alat Kontrasepsi Sebabkan Sakit Kepala? Ini Solusinya

Menurut studi, hampir 37 persen wanita usia produktif sering mengalami sakit kepala. dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid dari Klikdokter menerangkan, kondisi tersebut harus mendapatkan perhatian lebih karena bisa saja jenis kontrasepsi tertentu menjadi penyebabnya.

Liputan6.com, Jakarta Menurut studi, hampir 37 persen wanita usia produktif sering mengalami sakit kepala. dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid dari Klikdokter menerangkan, kondisi tersebut harus mendapatkan perhatian lebih karena bisa saja jenis kontrasepsi tertentu menjadi penyebabnya.

Resthie mengatakan sebenarnya tidak semua jenis kontrasepsi menyebabkan sakit kepala. Namun, kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen terkadang memang dapat menyebabkan sakit kepala pada sebagian penggunanya.

“Kontrasepsi yang mengandung estrogen di antaranya adalah pil KB kombinasi dan KB suntik yang diberikan sebulan sekali,” tulis Resthie mengutip Klikdokter, Kamis (24/9/2020).

Keluhan sakit kepala yang disebabkan oleh kontrasepsi mengandung estrogen umumnya terjadi saat hormon estrogen berada dalam keadaan rendah. Biasanya hal tersebut terjadi menjelang haid.

“Jenis sakit kepala yang umumnya terjadi adalah migrain. Kondisi ini ditandai dengan rasa nyeri yang berdenyut, bisa di salah satu sisi kepala atau di seluruh kepala. Sering kali sakit kepala tersebut disertai dengan gejala pre-menstrual syndrome lainnya seperti mudah lelah, rasa tidak nyaman di perut, dan perasaan menjadi lebih sensitif.

Walau demikian, tidak semua pengguna kontrasepsi hormonal mengalami keluhan sakit kepala, tambahnya. Diperkirakan bahwa tak sampai 20 persen pengguna kontrasepsi hormonal yang mengalami sakit kepala.

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kontrasepsi Alternatif

Resthie menyarankan, sebelum memutuskan untuk mengganti kontrasepsi, diperlukan identifikasi yang jelas guna meyakinkan apakah sakit kepala tersebut memang berasal dari kontrasepsi.

“Perhatikan dengan saksama, apakah keluhan sakit kepala umumnya muncul mendekati datang bulan atau pada saat yang tidak tentu.”

Jika sakit kepala dicetuskan oleh kontrasepsi hormonal, penggantian jenis kontrasepsi sangat disarankan, terutama pada perempuan yang berusia 40 tahun ke atas. Selain itu, sering terpapar asap rokok, obesitas, memiliki hipertensi, atau memiliki riwayat stroke dalam keluarga juga bisa memicu kondisi tersebut.

“Ada berbagai alternatif kontrasepsi yang bisa digunakan sebagai pengganti kontrasepsi hormonal. Jika tujuan menggunakan kontrasepsi adalah untuk mencegah kehamilan secara jangka pendek, maka kontrasepsi dapat diganti dengan kondom.”

Menurutnya, meski kondom pada umumnya digunakan oleh laki-laki, namun ada pula kondom khusus wanita yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum hubungan intim dan dikeluarkan setelah hubungan intim selesai.

“Jika tujuan kontrasepsi adalah untuk mencegah kehamilan selama beberapa tahun, maka kontrasepsi AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) bisa menjadi alternatif yang baik. Jenis kontrasepsi ini lebih sering dikenal dengan istilah KB spiral atau IUD (intrauterine device).”

Lebih lanjut Resthie menerangkan, jika tujuan menggunakan kontrasepsi adalah untuk mencegah kehamilan secara permanen, maka kontrasepsi ”steril” berupa vasektomi pada laki-laki (operasi untuk memutus saluran sperma) atau tubektomi pada perempuan (operasi untuk mengikat saluran tuba yang menghubungkan indung telur dengan rahim) bisa menjadi pengganti kontrasepsi hormonal.

“Kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen tak selalu menyebabkan sakit kepala. Namun jika perempuan kerap mengalami sakit kepala, jangan ragu diskusikan dengan dokter mengenai jenis kontrasepsi yang paling tepat,” pungkasnya.