Liputan6.com, Jakarta Larangan penggunaan masker scuba dan buff beberapa waktu lalu menimbulkan pro dan kontra. Mereka yang setuju berpendapat bahwa bahan pembuatannya yang terlalu tipis tidak efektif mencegah percikan yang mengandung virus corona.
Profesor Pratiwi Pujilestari Sudarmono, pakar mikrobiologi dari Universitas Indonesia mengatakan, sesungguhnya ada cara mudah untuk melihat apakah sebuah masker benar-benar berfungsi dengan baik atau tidak.
Baca Juga
Saat dihubungi Health Liputan6.com, ditulis Jumat (25/9/2020), Pratiwi mengatakan bahwa metode meniup korek api atau lilin sambil menggunakan masker bisa dilakukan untuk menguji efektivitas masker dalam menyaring udara.
Advertisement
"Selama meniup dan lilinnya masih bisa mati, berarti dia masih bolong, udara masih bisa lewat," kata Pratiwi.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Pakai Masker Kain Tiga Lapis
Ia menambahkan, untuk bisa menahan virus, maka masker harus memiliki kerapatan kurang dari 0,1 mikron. Perlindungan ini hanya bisa didapatkan dari masker N95.
Namun, Pratiwi menegaskan bahwa masker N95 hanya diperuntukkan untuk tenaga kesehatan.
"Karena pembuatannya kan memang sangat mahal. Secara teknologi juga bukan teknologi yang sederhana, (dibuat) dengan baik," tambahnya.
Sementara, masker kain pada umumnya mampu melindungi dari partikel berukuran sekitar 0,3 mikron. Untuk itu, Pratiwi tetap meminta masyarakat untuk menggunakan masker kain tiga lapis saat beraktivitas di masa pandemi.
Soal masker scuba atau buff, Pratiwi mengatakan bahwa memang keduanya memiliki lapisan yang terlalu tipis. "Coba saja Anda tiupkan pakai korek api, dari balik (masker) scuba kan masih mati."
"Jadi pakai kain saja tiga lapis, itu sudah cukup."
Advertisement