Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kemen PPPA Dra. Lenny Nurhayanti Rosalin, M.Sc menyebutkan beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan jiwa baik pada orangtua maupun anak.
Faktor gangguan jiwa berdasarkan jenis stressor psikososial setidaknya ada 9, katanya. 9 stressor itu antara lain perkawinan, problem keluarga, keuangan, hubungan interpersonal, pekerjaan, lingkungan hidup, perkembangan, penyakit atau cedera fisik, dan hukum.
Baca Juga
Stressor psikososial sendiri adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa menlakukan penyesuaian diri atau adaptasi untuk mengurangi tekanan mental yang timbul.
Advertisement
“Penyebabnya pasti banyak, tapi kira-kira yang pertama perkawinan. Ini kan anak punya anak masih anak-anak, gak siap secara mental, sosial, psikososial, psikisnya semuanya gak siap,” kata Lenny dalam webinar Kemen PPPA (28/9/2020).
Faktor problem atau masalah keluarga juga bisa memicu stres pada anak. Misal, jika orangtua bertengkar di depan anaknya.
“Faktor lainnya pekerjaan, nah ini di masa pandemi kita harus prihatin karena banyak yang di-PHK atau dirumahkan. Faktor lingkungan hidup, mungkin tinggal di daerah yang penuh dengan tekanan yang stressornya tinggi.”
Lenny menambahkan, faktor penyakit juga menjadi salah satu penyebab gangguan jiwa apalagi penyakit yang tidak kunjung sembuh dan akut. Selain itu, masalah hukum, misalnya seorang ayah yang terjerat masalah hukum yang kemudian berdampak pada anak dan istrinya.
Simak Video Berikut Ini:
Dikaitkan Dengan Stunting
Kesehatan jiwa juga berkaitan dengan stunting di mana jika jiwa seseorang terganggu maka pola asuh terhadap anaknya pun tidak akan baik dan maksimal.
“Responden dengan kebiasaan pengasuhan yang kurang baik terhadap balita sebagian besar memiliki balita stunting yaitu sebesar 64.7 persen. Hubungan yang erat, mesra dan selaras antara orangtua dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras, baik fisik, mental maupun psikososial.”
Orangtua yang memiliki gangguan jiwa tidak akan fokus pada kepentingan anaknya. Seperti memberi asupan yang bergizi, atau jika memberikan pun tidak sesuai dengan anjuran. Dengan demikian, anak akan tumbuh dengan tidak selaras, misal ukuran tubuh tidak sesuai dengan usianya.
“Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan anak 51 persen ditentukan oleh konsentrasi belajarnya, sedangkan 18 persennya ditentukan oleh status gizi pendek. Anak dengan kondisi stunting membutuhkan pendampingan lebih intens dalam proses belajar, maka pola asuh yang penuh dengan rasa kasih sayang sangat dibutuhkan.”
Namun, jika orangtua terganggu jiwanya maka kasih sayang itu akan sulit tersampaikan pada anak dan dan akhirnya memengaruhi tumbuh kembangnya.
Advertisement