Liputan6.com, Jakarta Bagi Welky Pakpahan, COVID-19 berdampak pada keluarganya. Karena didiagnosis penyakit tersebut juga, ia tak bisa bertemu istri dan anaknya karena harus dirawat.
Dalam siaran dialog dari Graha BNPB, Jakarta beberapa waktu lalu. Welky menceritakan bahwa awalnya ia melihat gejala COVID-19 pada kedua orangtuanya di awal September lalu. Dia mengatakan keduanya mengalami demam.
Baca Juga
Dari rumah sakit tempatnya dirawat, Welky menceritakan bahwa ketika datang ke tempat kedua orangtuanya tiga hari kemudian, ia melihat mereka sudah mulai lemas.
Advertisement
"Jumatnya badan aku, sendi-sendi aku lemas, seperti meriang. Langsung kukasih tahu istri, kubilang, 'Ini kayaknya aku kena, deh,' karena aku merasa (COVID-19), biasanya tidak pernah meriang-meriang begitu," kata Welky, dikutip Kamis (10/1/2020).
Segera, Welky mengisolasi diri di kamar dan untuk sementara membatasi kontak langsung dengan istri dan anak yang tinggal serumah dengannya.
Ketika sang adik dinyatakan positif COVID-19, Welky lalu meminta seluruh anggota keluarganya untuk melakukan tes usap (swab) untuk memeriksakan kondisi mereka.
Hasil tes usap keluar tak lama setelah mereka memeriksakan diri. Welky dinyatakan positif COVID-19.
Â
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Berdampak ke Keluarga
Ia menceritakan, dirinya tidak tahu kapan terkena COVID-19. Namun ia berasumsi, kemungkinan dirinya tertular ketika sedang makan bersama keluarga yang tidak tinggal satu atap dengannya.
Usai dinyatakan positif, Welky dan anggota keluarganya segera dibawa ke rumah sakit. "Sempat tidak dapat rumah sakit, untungnya ada teman (disarankan) ke salah satu RS, kita disiapkan segera langsung masuk."
Welky mengatakan bahwa bagi keluarganya, dampak dari terkena COVID-19 sangatlah parah. Tak hanya keluarganya, asisten rumah tangga mereka pun juga ada yang dinyatakan terinfeksi.
"Jadi dampak klaster keluarga itu sangat seram sekali lah," katanya. Namun, ia bersyukur bahwa istri dan anaknya negatif dari COVID-19.
"Jadi dampaknya itu, begitu kena, pola lifestyle kita seperti ini. Aku tidak bisa ketemu anakku, tidak bisa ketemu istriku. Aku di sini sendirian, cuma bisa merenung-merenung."
Advertisement
Optimistis Bisa Sembuh
Welky pun mengaku cukup sebal ketika melihat masih banyak orang yang seakan mengabaikan kesehatannya dan tidak peduli protokol pencegahan COVID-19.
"Olahraga itu bagus, tapi kalau olahraga mereka masih kumpul-kumpul itu yang kubilang, ini gimana mereka pikirannya. Mereka itu tidak tahu kadang-kadang mereka bisa tanpa gejala atau tidak, mereka bisa positif pun mereka tidak tahu."
"Itu yang aku kadang-kadang, sudahlah sabar saja, olahraga ikuti protokol, di rumah, kalau tidak penting tidak usah keluar. (Jangan) malah foto-foto di sosmed, kumpul-kumpul. Mereka tidak tahu yang OTG, yang kasihan itu orang-orang tua," ujarnya.
Welky mengakui bahwa saat didiagnosis COVID-19, ia lebih mengkhawatirkan anggota keluarganya ketimbang dirinya. Namun, ia optimistis bahwa dirinya bisa sembuh dari penyakit ini.
"Tidak usah takut stigma-stigma masyarakat," katanya berpesan. "Kalau misalnya Anda merasa kena, cepat-cepat langsung swab saja. Tidak usah takut penghakiman dari orang lain, yang penting Anda swab saja, keluarga Anda swab dulu, tidak usah pikirin yang lain."
Menurutnya, pemeriksaan usap ini harus segera dilakukan agar pasien tidak menjadi orang tanpa gejala yang berisiko menyebarkan ke orang-orang lain.
"Harus berani untuk ngomong," pungkasnya.
Infografis Skenario Tekan Covid-19 di Jawa Timur
Advertisement