Liputan6.com, Jakarta Membicarakan penyakit tidak menular, bukan sekadar penyakit jantung saja. Ada juga penyakit kanker, gagal ginjal dan lainnya seperti disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Cut Putri Arianie.
Data dari DALYs (Disability Adjusted Life Year) menyebutkan penyakit tidak menular mulai meningkat sejak usia 10-14 tahun, trend tersebut terus meningkat hingga di usia produktif yakni 55-59 tahun.
Baca Juga
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) orang-orang yang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit jantung merupakan penyakit yang memiliki risiko kematian yang tinggi.
Advertisement
Data WHO (World Health Organization/Organisasi Kesehatan Dunia) pada tahun 2015 juga menunjukan 45 persen kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah atau setara dengan 17 juta orang meninggal dunia akibat Penyakit Tidak Menular.
“Bukan hanya tingkat kematian tertinggi saja, penyakit jantung juga masih menjadi beban biaya kesehatan terbesar” ucap Cut dalam webinar memperingati Hari Jantung Sedunia pada Kamis, 1 Oktober 2020.
Saat ini Kementrian Kesehatan, tutur Cut, berfokus pada hipertensi dan diabetes. Apabila kedua penyakit ini tidak ditindaklanjuti dan dicegah maka akan berkembang menjadi penyakit lainnya seperti jantung, kanker, gagal ginjal, stroke, dan paru kronik, dan lain sebagainya. Padahal, penyakit tidak menular sebagian besar sangat mungkin bisa dicegah.
“Semua penyakit tidak menular itu penyebabnya ada dua hal, penyebab yang tidak bisa dirubah dan tidak bisa diubah. Saat ini saya mau bicara faktor risiko apa yang bisa diubah. Bisa dikatakan 2/3 diantaranya sangat mungkin dilakukan untuk dicegah yaitu dari aspek lingkungan dan perilaku” jelas Cut.
Saksikan juga video menarik berikut
Cegah Penyakit Tidak Menular
Salah satu upaya pencegahan adalah mengatur makan. Mengonsumsi garam, gula dan lemak yang berlebihan adalah risiko nomor satu, kemudian kurangnya olahraga fisik. Merokok juga menjadi faktor risiko yang cukup besar, bahkan berat badan berlebih sekalipun.
“Nah inilah faktor risiko atau common risk factors yang seharusnya bisa dicegah, sangat mungkin bisa dicegah, tergantung dari pribadi individu masing-masing mau enggak mengubah perilaku. Inilah faktor-faktor yang juga menjadi penyebab penyakit jantung” tegas Cut.
Selain adanya niat dan komitmen masing-masing individu dalam melakukan pencegahan, Cut juga menjelaskan bahwa regulasi pemerintah perlu ikut campur tangan dalam hal ini. Semua ini akan terlaksana apabila didukung oleh multi sektor. Seperti halnya Bea Cukai dan Kementerian Keuangan perlu menaikkan harga rokok agar tidak bisa dibeli secara murah, lalu Kementerian Perdagangan seperti melarang atau membatasi pembelian rokok pada anak dibawah 18 tahun.
(Deskhila Wijaya)
Advertisement