Liputan6.com, Jakarta Tiga ilmuwan meraih Penghargaan Nobel tahun 2020 di bidang fisiologi atau kedokteran untuk penemuan virus hepatitis C. Ini adalah virus yang dibawa dalam darah dan dapat menyebabkan peradangan kronis pada hati yang menyebabkan jaringan parut parah dan kanker.
Komite Nobel dalam pernyataannya menyebutkan bahwa ketiga peneliti, Harvey Alter (85), Michael Houghton (69), dan Charles Rice (68), membuat penemuan penting yang mengarah pada teridentifikasinya virus baru, virus hepatitis C
Baca Juga
Mereka mengatakan bahwa meski sebelumnya hepatitis A dan B sudah ditemukan saat itu, namun banyak kasus hepatitis kronis belum dapat dijelaskan.
Advertisement
"Penemuan virus hepatitis C mengungkapkan penyebab sisa-sisa kasus hepatitis kronis dan memungkinkan dilakukannya tes darah dan obat-obatan baru yang telah menyelamatkan jutaan nyawa," tulis komite seperti dikutip dari Live Science pada Selasa (6/10/2020).
Adapun, para ilmuwan tersebut melakukan penelitian mereka terhadap virus tersebut di tahun 1970-an hingga 1990-an. Studi mereka memungkinkan para dokter untuk melakukan skrining virus pada darah pasien sehingga menyembuhkan banyak kasus.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Pengalaman yang Aneh
Dilaporkan The Guardian, penghargaan ini diumumkan pada Senin waktu setempat di Karolinska Institute, Stockholmm, Swedia.
Rice saat ini bekerja di Rockefeller University di New York setelah sebelumnya melakukan penelitian hepatitis di Washington University, St. Louis. Alter, telah bekerja beberapa dekade di National Institutes of Health di AS hingga saat ini.
Sementara Houghton, lahir di Inggris dan mengerjakan studi hepatitis di Chiron Corp. California sebelum pindah ke University of Alberta di Kanada.
Terkait penghargaan ini, Alter mengatakan bahwa dia sempat mengabaikan dua kali telepon sebelum jam 5 pagi waktu setempat.
"Ketiga kalinya saya terbangun menjawabnya dengan marah-marah dan itu Stockholm. Ini pengalaman yang aneh," kata Alter. "Itu adalah alarm terbaik yang pernah saya rasakan."
Selain itu, Rice mengatakan bahwa dia benar-benar terkejut saat mendapatkan pemberitahuan tersebut. Ia menambahkan, ini adalah sebuah kisah sukses untuk sebuah kelompok sains.
Alter pertama kali menemukan bahwa dalam darah pasien tidak terdapat hepatitis B. Namun ia masih mengalami peradangan dan penyakit hati. Untuk bertahun-tahun penyebabnya tidak diketahui.
Hingga di tahun 1989, Houghton di Chiron Corp, California mengkloning virus tersebut dan membuat identitas genetiknya diketahui sehingga memungkinkan penelitian lebih lanjut.
Â
Advertisement
Memberantas Penyakit di Masa Depan
Rice lalu mengembangkan alat dan metode laboratorium yang memastikan bahwa virus hepatitis C dapat menyebabkan penyakit hati pada simpanse dan manusia. Studi tersebut memberikan kontribusi pengetahuan yang mengarah pada pemeriksaan dan perawatan.
"Saat ini kita dapat menyembuhkan hampir semua orang yang teridentifikasi. Dengan itu, bahkan mungkin saja untuk memberantas penyakit ini selama dekade mendatang," kata Alter dikutip dari AP News.
Saat ini, Alter dan Rice terlibat dalam penelitian terkait virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Sementara Houghton sedang mencoba mengembangkan vaksin untuk hepatitis C.
Houghton mengatakan, uji klinis vaksin hepatitis C mungkin bisa dilakukan tahun depan di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Italia.
"Untuk mengontrol epidemi, Anda perlu mendapatkan vaksin," kata Houghton. Ia menambahkan untuk "penyakit seperti gonorea, sifilis, klamidia, kita memiliki obat-obatan murah yang tersedia selama beberapa dekade, tetapi kita masih memiliki epidemi besar dari penyakit-penyakit tersebut."
Houghton berharap bahwa komite Nobel nantinya juga akan mengenali kelompok ilmuwan dengan lebih luas. "Ilmu pengetahuan yang hebat, seringkali, adalah sekelompok orang dan saya pikir ke depannya kita perlu mengakui itu."
"Jika Anda memiliki hasrat, Anda kemungkinan besar akan sukses. Temukan minat Anda," pungkasnya.
Infografis Hepatitis
Advertisement