Liputan6.com, Jakarta Dalam menghadapi masa pandemi COVID-19 para pegiat Usaha Kecil Menengah (UKM) harus memutar otak agar kebutuhan tetap terpenuhi.
Menurut R. Agus Choliq seorang penjual wastafel injak portable di Yogyakarta, ia memang harus berpikir sekreatif mungkin untuk mempertahankan usahanya.
Baca Juga
Ide usaha pembuatan wastafel injak portable tercetus ketika pandemi menyerang Yogyakarta, katanya. Kala itu, banyak orang yang kehilangan pekerjaan baik di sektor rumah makan maupun wisata.
Advertisement
“Akhirnya dari situ kita melihat sebuah peluang ketika pemerintah mengkampanyekan cuci tangan pakai sabun. Dulu kita cuci tangan menggunakan kran, kita berpikir bagaimana caranya cuci tangan tanpa harus menyentuh keran ini lebih baik untuk mencegah COVID-19 yang ada di sekitar kita,” ujar Agus dalam webinar Liputan6.com, Rabu (7/10/2020).
Pada Maret lalu, Agus mencoba mencari referensi sampai tercipta lah wastafel injak portable yang ramah digunakan di saat pandemi seperti sekarang ini.
“Kami coba pasarkan di media sosial, ternyata responsnya bagus. Banyak orang yang tertarik dan banyak orang yang pesan karena harganya terjangkau dan ini menjadi peluang bisnis kami yang kami produksi secara massal.”
Hingga kini, wastafel yang dijual mulai dari harga Rp 750 ribu ini telah diproduksi hingga 2000 unit, katanya. Dalam satu hari, ia dan 15 rekannya bisa memproduksi hingga 15 wastafel portable.
“Usaha kita yang kita lakukan setiap hari dan terkena dampak ya kita harus inovasi mencari peluang di tengah pandemi. Kira-kira peluang apa yang bisa dicari saat ini. Mau tidak mau kita harus bertahan dan mencari peluang yang ada.”
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini:
Jual Nasi Sambil Mengenakan Jas
Selain Agus, pegiat UKM lainnya, Sufyan Miftahul, penjual nasi jinggo di Bali tak kalah kreatif. Untuk menarik pelanggan, ia mengenakan jas selama berjualan.
“Sebelumnya saya pekerja kerajinan karena di Bali ini pariwisatanya sudah berhenti jadinya saya larinya ke nasi soalnya nasi kan bahan pokok yang kita butuhkan tiap hari,” ujar Sufyan dalam kesempatan yang sama.
Upayanya dalam berjualan nasi dengan mengenakan jas dilakukan dengan tujuan agar terlihat bersih dan rapi. Selain itu, berjualan dengan mengenakan jas juga membuat ia semakin dikenal oleh pelanggan.
Ia mengaku, selama berjualan mengenakan jas, acap kali ia merasa gerah. Namun, tanggapan pelanggan pun beragam dan kebanyakan positif.
“Ada yang bilang nyentrik, lucu, ada-ada aja yang mereka bilang dan aku senyum aja.”
Melihat semangat para pegiat UKM, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengapresiasi dan memberi semangat untuk tetap bertahan.
“UMKM di kita cukup luar biasa, survive dulu, pemerintah juga sedang mencari solusi. Tetap jaga semangat dan terus lakukan inovasi produk, adaptasi bisnis sesuai perilaku atau pola konsumsi masyarakat,” tutupnya.
Advertisement