Liputan6.com, Jakarta Peneliti dari Griffith University, Australia, Dr. Febi Dwirahmadi menyampaikan bahwa penduduk yang tinggal di wilayah dengan kualitas udara yang kurang baik, memiliki tingkat kematian akibat COVID-19 yang lebih tinggi menurut beberapa studi.
Ia menambahkan, perubahan iklim membawa dampak yang besar dalam peningkatan ancaman masalah kesehatan global. Dampak perubahan iklim semakin terlihat seiring berkembangnya teknologi dan berkembangnya penyakit-penyakit zoonosis baru yang bermunculan.
Baca Juga
Selain prioritas pemutusan rantai penyebaran COVID-19 yang hingga saat ini masih menjadi dilema di berbagai negara, ada masalah lain yang tidak kalah penting. Masalah tersebut terkait jumlah dan kondisi kesehatan tenaga medis yang mengalami penurunan, sebagaimana disampaikan oleh Dr. Marzuki Ishak dari Malaysia.
Advertisement
Dalam International Scientific Meeting on Public Health and Sports (ISMoPHS) pada 7 Oktober 2020, ia menyampaikan bahwa pemerintah harus terus berusaha untuk menjamin kesejahteraan para tenaga medis yang telah berjuang di garda depan dalam penanganan pasien-pasien COVID-19.
Simak Video Berikut Ini:
Selain COVID-19
Selain COVID-19, tantangan yang juga dihadapi masyarakat adalah penyakit tidak menular (PTM). Menurut Dr. Sapto Adi, M.Kes dari Universitas Negeri Malang (UNM), PTM sangat erat hubungannya dengan perubahan gaya hidup.
Gaya hidup yang dimaksud meliputi pola makan, pola tidur, aktivitas fisik, dan manajemen stres yang tidak sesuai merupakan pemicu utama penyakit-penyakit degeneratif.
Dalam kesempatan yang sama, ia membahas tentang bagaimana cara menyesuaikan penerapan gaya hidup sehat di tengah pandemi.
“Pandemi ini merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan fokus dan upaya yang lebih dalam intervensi penyelesaiannya. Oleh karena itu kerjasama secara global perlu untuk ditingkatkan untuk mencapai solusi yang komprehensif dan berdampak ke seluruh lapisan masyarakat,” katanya dalam rilis.
Konferensi internasional tersebut juga membicarakan tentang “Global Health Research and Collaborations” yang dibawakan Dr. Dian Kusuma dari Imperial College London, Inggris, yang menekankan peluang kerjasama riset secara global agar tahap persiapan bersama (TPB) segera tercapai meski dunia dihantam pandemi COVID-19.
Advertisement