Liputan6.com, Jakarta Demo tolak Undang-undang Cipta Kerja di Jakarta masih terjadi hingga sore ini, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam menyampaikan, risiko dehidrasi di antara pengunjuk rasa bisa terjadi.
"Ada potensi bisa terjadi dehidrasi (tidak minum air karena takut lepas masker, meski ada pengunjuk rasa yang sudah lepas masker), kalau mereka tidak minum air," ujar Ari saat sesi dialog virtual Healthy Hydration and Hydrogenic Environment, Kamis (8/10/2020).
"Ini berbahaya juga (efek dehidrasi). Artinya, tanda-tanda dehidrasi, emosi akan meningkat. Kita bisa lihat ya pada saat sore atau malam mungkin situasi mulai tidak kondusif lagi."
Advertisement
Ari menyoroti, efek dehidrasi akan berujung pada tindakan yang tidak rasional. Apalagi para pengunjuk rasa juga didera lelah.
"Mereka mulai tidak rasional. Maksudnya, bisa mengarah kepada tindakan-tindakan lempar batu, lalu menyerang petugas keamanan. Akhirnya, terjadilah kerusuhan," lanjutnya.
"Ini salah satunya juga diperkirakan kondisi mereka sudah lelah dan dehidrasi."
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Butuh Strategi dalam Situasi Demo
Lantas bagaimana pengunjuk rasa yang berdemo di tengah pandemi COVID-19 minum air? Ari mengungkapkan, hal itu membutuhkan strategi.
"Untuk minum air dalam situasi pengunjuk rasa yang berdemo ini saya juga lagi memikirkan bagaimana strategi yang tepat. Nanti saya bisa kontraproduktif, saya suruh minum air, itu harus lepas masker. Di sisi lain, saya menganjurkan orang pakai masker," pungkas Ari.
"Bagaimana caranya edukasi masyarakat tetap minum di tengah demonstrasi. Butuh strategi juga."
Advertisement