Sukses

Ishak Nikmati Indahnya Kehidupan Berkat Ginjal dari Istri Tercinta

Ishak kembali menjalankan hari-harinya berkat ginjal dari istri tercinta.

Liputan6.com, Jakarta Sudah satu bulan Ishak menjalani ‘sepenuhnya’ aktivitas sehari-hari dengan ginjal pemberian sang istri tercinta. Ia bersyukur hidupnya kembali bergairah. Terbebas dari penderitaan rasa nyeri karena riwayat diabetes melitus, yang berujung penyakit ginjal kronik.

Transplantasi ginjal atau istilahnya cangkok ginjal menjadi keputusan akhir yang harus diambil Ishak. Pertimbangan untuk memutuskan jalani transplantasi ginjal dipikirkan matang. Seakan berkejaran dengan waktu, jika tidak segera ditindaklanjuti pengobatan, kondisi Ishak dapat semakin memburuk.

 

“Saya ini pasien diabetes melitus dulunya. Ginjal saya sudah kurang bagus. Semakin lama, kondisi ginjal memburuk dan menurunkan kemampuan beraktivitas,” tutur Ishak dalam dialog virtual, ditulis Minggu (11/10/2020).

“Tapi saya diberikan saran dengan menjalani pengobatan cangkok ginjal, yang bisa meningkatkan kualitas hidup. Di titik terakhir itulah, kira-kira saya bilang, Kayaknya udah enggak bisa ditoleransi lagi (kinerja ginjal makin menurun). Akhirnya, saya memutuskan untuk transplantasi ginjal.” 

 

Keputusan menjalani transplantasi ginjal didukung seluruh anggota keluarga. Awalnya, Ishak cemas dengan pekerjaannya di kantor, bagaimana nanti kinerja yang biasa setiap hari dilakukan. Setelah membicarakan kondisi kesehatan dengan rekan-rekan di kantor, Ishak pun didukung menjalani pengobatan terlebih dahulu.

“Hanya saja, saya masih aktif bekerja dan punya kesibukan. Saya pun baru ngeh setelah nge-chat istri saya. Dia benar-benar serius, saya harus menjalani transplantasi ginjal,” lanjut Ishak.

 

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 6 halaman

Cocok dengan Ginjal Istri

Ishak menjalani transplantasi ginjal sebelum pandemi COVID-19 melanda. Persiapan menuju transplantasi kurang dari enam bulan. Calon pendonor harus menjalani sejumlah pemeriksaan. Pada waktu itu, kandidat calon pendonor dari sang istri, Agustina.

“Kami membahas masalah ini. Semuanya (anggota keluarga) setuju kalau saya menjadi donor ginjal untuk ayah mereka. Saya melakukan tes kesehatan. Menemui tim dokter dan advokasi yang akan mengoperasi suami. Saya disetujui menjadi calon pendonor,” tutur Agustina.

“Lalu persiapan dilanjut untuk tes kesehatan dan berhasil cocok dengan suami. Saya diizinkan menjadi donor. Setelah pasca operasi (menjadi pendonor) sampai sekarang, Alhamdulillah enggak ada keluhan apa-apa. Hidup saya normal seperti sebelum dioperasi.”

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi Maruhum Bonar H Marbun memaparkan, kandidat calon pendonor seperti Agustina termasuk kategori pendonor hidup (living donor). Kriteria pendonor hidup di antaranya, 18 tahun atau lebih, kesehatan fisik yang baik, serta tidak ada punya riwayat penyakit batu ginjal kronik, diabetes, dan kanker. 

Calon pendonor hidup juga tidak banyak kelebihan berat badan, golongan darah kompatibel A, B, dan O. Sejumlah tes pendonor ginjal meliputi tes darah (golongan darah, haploidentical/HLA dan antibodi), X-ray (foto paru, pembuluh darah ginjal), ultrasound, fungsi ginjal, dan elektrokardiogram (EKG).

Ketika hasil pemeriksaan istri cocok dan memenuhi kriteria pendonor ginjal, Ishak pun menjalani proses transplantasi. Operasi berjalan lancar dan perawatan pasca transplantasi perlahan-lahan membuatnya pulih. Tidak ada masalah pasca transplantasi. Ishak pun melakukan kontrol kesehatan sebagaimana instruksi dari dokter.

Untuk itu saya tidak punya anak saya dokter soalnya yang sekarang ini lagi BPJS penyakit dalam di UI juga Dia sangat suka kita kan dia bilang kalau itu nggak cocok nanti kita anaknya juga siap menggantikan itu yang kita lakukan akhirnya kita pemeriksaan secara keseluruhan.

 

“Saya juga diperiksa kesehatan secara keseluruhan dan hasilnya cocok untuk transplantasi ginjal dengan istri saya. Anak-anak dan keluarga sangat mendukung keputusan transplantasi. Saya bilang, mudah-mudahan semua lancar,” Ishak menuturkan.

“Allah SWT mengabulkan doa. Operasi istri (pendonor ginjal) berjalan lancar. Saya juga yakin dengan keputusan untuk transplantasi Soalnya di tempat (Indonesia) kita ini banyak dokter pintar. Ya, jadi kenapa harus (berobat) ke luar negeri.”

 

 

3 dari 6 halaman

Kembali Beraktivitas

Transplantasi ginjal dilakukan Ishak di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sebelum menjalani Layanan transplantasi ginjal, ia diberitahu perawatan pasca tindakan. Dirinya harus kontrol rutin 3 sampai 6 bulan. Pemantauan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan harus dilakukan.

Upaya ini untuk mengetahui, apakah ada reaksi efek samping atau penolakan ginjal dari sang istri di dalam tubuh Ishak. Pesan dokter dengan menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan dilakukannya. Selama pandemi COVID-19 ini pun Ishak kembali beraktivitas dan bekerja.

 

“Sebelum operasi, disampaikan bahwa saya harus rutin melakukan pemantauan 3 sampai 6 bulan pasca tindakan. Apalagi pas baru-baru tindakan, setiap minggu saya harus kontrol,” tambah Ishak yang bekerja di salah satu perusahaan alat kesehatan.

“Selama kontrol, dokter mengatakan hasilnya semua baik. kemudian perawat-perawat di sana juga baik. Sudah satu bulan ini saya kembali beraktivitas dan bekerja. Saya bekerja dengan menerapkan protokol kesehatan.”

 

Ishak juga dipesankan hindari terlalu lelah bekerja dan istirahat yang cukup. Ia juga menyampaikan kepada dokter yang menanganinya kalau dirinya bisa kembali bekerja.

“Dokter bilang, ‘Oke, tapi jangan terlalu capek.’ Sudah gitu aja saya. Lalu istirahat yang cukup. Selain itu, sekarang ini dengan adanya COVID-19, saya sangat sekali dengan apa yang dilakukan oleh RSCM, pasien ginjal yang hendak operasi transplantasi ginjal bisa tetap dilakukan dengan protokol kesehatan di sana,” lanjut Ishak.

 

4 dari 6 halaman

Makan/Minum Tidak Terlalu Diatur Ketat

Dokter spesialis urologi konsultan Nur Rasyid mengatakan, pasien yang sudah menjalani transplantasi ginjal dapat bekerja seperti biasa. Untuk makanan tidak diatur ketat, hanya saja dibatasi porsinya.

 

“Oh, iya, pasien dapat bekerja seperti biasa 100 persen setelah transplantasi ginjal. Makanannya tidak perlu diatur terlalu ketat, yang ini enggak boleh, itu enggak boleh. Enggak juga. Bebas aja, misalnya, minum sesuatu (selain air putih) pun tidak harus dibatasi sehari. Hanya saja ya pakai botol kecil minumnya,” terang Rasyid.

“Perubahan hormon sempat terjadi pasca tindakan, tapi kembali normal. Bisa kembali aktivitas, ya, kalau mau bepergian dan bekerja.”

 

Ia melanjutkan prosedur  transplantasi ginjal memang tidak mudah bagi pasien dan keluarganya. Ibarat kata transplantasi ginjal adalah prosedur terakhir yang diupayakan. Walaupun begitu, langkah ini dinilai tepat, terutama pasien yang kondisi ginjalnya semakin buruk. Kualitas hidup dapat panjang.

“Transplantasi ginjal ini suatu prosedur yang engggak mudah bagi pasien-pasien. Tentunya, kalau sudah transplantasi ginjal, pasien enggak bolak-balik harus ketemu dokter. Apalagi cuci darah kan harus berkala sesuai jadwal,” lanjut Rasyid.

“Orang yang transplantasi cenderung merasa lebih sehat dan berenergi. Mereka bisa bebas beraktivitas dengan bebas sebagaimana kondisi sebelum sakit. Lagi pula risiko berbagai penyakit yang harus dihadapi saat prosedur cuci darah (mual, muntah, kram otot) tak dialami lagi.”

Berdasarkan 110 penelitian dalam tinjauan sistemik, kualitas hidup pasien transplantasi ginjal lebih baik dibandingkan cuci darah. Artinya, harapan hidup pasien transplantasi ginjal juga akan lebih panjang serta mengurangi angka kematian terkait penyakit ginjal

“Pada umumnya, usia ginjal transplantasi sekitar 12,4 tahun atau menambah rata-rata 4,4 tahun hidup untuk tiap pasien, sedangkan cuci darah bertahan berkisar 5,4 tahun,” Rasyid menekankan.

“Transplantasi ginjal juga membuat beban ekonomi menjadi lebih ringan. Ini karena prosedur transplantasi lebih ekonomis dibandingkan cuci darah yang dihitung lebih dari satu tahun. Pada awal-awal mungkin terasa berat dengan menanggung (biaya) sendiri.”

5 dari 6 halaman

Biaya Rp300 Juta Dijamin BPJS Kesehatan

Sebelum era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan, layanan transplantasi ginjal sekitar Rp150 juta. Namun, kini pasien JKN yang menjalani transplantasi ginjal sekitar Rp300 juta yang dijamin BPJS Kesehatan. 

Jika merujuk kasus di Indonesia, cuci darah selama tiga tahun, biayanya sama dengan satu kali prosedur transplantasi ginjal.

 

"Pada 2018, gagal ginjal termasuk penyakit ketiga terbesar yang menyerap anggaran Rp2,3 triliun. Untuk transplantasi ginjal pada 2015 sampai 2017, total biaya Rp44,3 miliar untuk 149 prosedur transplantasi ginjal," papar Rasyid.

“Ya, mungkin ada biaya-biaya lain yang dikeluarkan, tetapi mungkin kalau dihitung tidak semahal itu.”

 

Biaya transplantasi ginjal termaktub dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 52 Tahun 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Permenkes ini ditandatangani Nila Moeloek pada 18 Oktober 2016,  yang menjabat Menteri Kesehatan.

Sebagaimana dimuat pada media booklet Info BPJS Kesehatan Edisi 77, artikel berjudul Transplantasi Ginjal Dijamin BPJS Kesehatan merinci besaran biaya transplantasi ginjal yang dijamin BPJS Kesehatan.

Biaya cangkok ginjal untuk peserta JKN-KIS diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2016 tentang Perubahan Atas Permenkes 52 tahun 2016 tentang Standar Tarif pelayanan Kesehatan Penyelenggaraan Program JKN.  

Besaran biaya transplantasi ginjal yang dijamin BPJS Kesehatan berdasarkan kelas rumah sakit dan ruang perawatan. Berikut ini rincian biaya transplantasi ginjal untuk penerima donor:

1. Rumah sakit pemerintah kelas B, biaya transplantasi ginjal baik itu ringan, sedang, maupun berat pada saat rawat inap di ruang perawatan kelas 3, maka biaya dijaminkan sebesar Rp170,1 juta, kelas 2 sebesar Rp204,1 juta, dan kelas 1 sebesar Rp238 juta. 

2. Rumah sakit swasta kelas B, biaya yang dijaminkan BPJS Kesehatan lebih besar. Di ruang perawatan kelas 3, baik transplantasi ringan maupun berat. biaya yang dijamin sebesar Rp175,2 juta, kelas 2 sebesar Rp210 juta, dan kelas 1 adalah Rp245 juta. 

3. Rumah sakit kelas A dengan ruang perawatan kelas 1 sebesar Rp390 juta per orang, kelas 2 sekitar Rp340 juta, kelas 3 Rp283 juta.

Untuk pendonor ginjal, semua biaya operasi dibiayai BPJS Kesehatan dengan biaya seperti tarif pengangkatan ginjal umumnya. Setelah operasi, pendonor akan mendapat surat keterangan sebagai pendonor yang ditandatangani oleh penanggung jawab transplantasi ginjal.

Layanan pasca-transplantasi dilakukan secara rutin, baik rawat jalan maupun rawat inap juga dijamin BPJS Kesehatan sesuai Perpres Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan dan Permenkes Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN.

6 dari 6 halaman

Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker?