Liputan6.com, Jakarta Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 Sinovac, Kusnandi Rusmil mengatakan bahwa tidak ada fenomena ADE atau antibody-dependend enhacement dalam vaksin COVID-19.
"Pada virus ini sudah dicoba, tidak terjadi ADE," kata Kusnandi dalam dialog yang disiarkan YouTube ForumMerdekaBarat 9 pada Rabu (21/10/2020).
Baca Juga
ADE adalah fenomena reaksi ketika pemberian antibodi (berupa vaksin atau lainnya) menjadi tidak efektif dan malah memperkuat infeksi sehingga muncul suatu kejadian imunopatologis berat.
Advertisement
Kusnandi menerangkan fenomena ADE terjadi bila sebuah kuman atau virus memiliki antigen lebih dari satu. Virus penyebab COVID-19, kata Kusnandi, hanya memiliki satu antigen.
"Dan, ADE ini hanya terjadi di virus demam berdarah," tutur pria yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran ini.
 Kusnandi menuturkan bahwa uji klinik vaksin COVID-19 Sinovac yang dilakukan di beberapa negara lain tidak ditemukan fenomena ADE.
"Dari pengalaman uji klini di Brasil pada 9.000 subjek penelitian, Uni Emirat Arab 31.500 dan Indonesia 1.620 sampai sekarang belum terjadi ADE," tutur Kusnandi.
Bukti Lain
Â
Perbincangan mengenai fenomena ADE sempat mencuat pada awal Oktober lalu. Lewat pernyataan tertulisnya, Kusnandi menuturkan umumnya reaksi ADE ini sudah bisa dilihat sejak pengembangan vaksin di uji preklinis pada hewan.
“Vaksin SARS-CoV-2 dari Sinovac pada publikasinya di Science sudah menyebutkan bahwa pada uji preklinisnya tidak menemukan kejadian ADE pada hewan yang sudah divaksinasi. Bahkan hewan yang sudah divaksinasi ini mampu bertahan setelah dipaparkan dengan virus SARS-CoV-2," kata Kusnandi.
Â
Advertisement