Sukses

Cegah Osteoporosis, Perempuan Perlu Menabung Massa Tulang di Usia 30 Tahun Pertama

Pakar Gizi Medik FKUI-RSCM Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc, menyarankan para perempuan untuk menabung massa tulang di usia 30 tahun pertama untuk cegah osteoporosis.

Liputan6.com, Jakarta Pakar Gizi Medik FKUI-RSCM Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc, menyarankan para perempuan untuk menabung massa tulang di usia 30 tahun pertama untuk cegah osteoporosis.

Hal ini berkaitan dengan risiko osteoporosis pada perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Kehamilan, masa menyusui, dan menopause yang menghilangkan hormon estrogen disebut sebagai beberapa penyebabnya.

“Penurunan massa tulang itu berjalan sesuai usia perempuan. Jadi saat 30 tahun pertama itu adalah masa di mana perempuan harus menabung massa tulang yaitu utamanya kalsium tulang. Jadi, pertumbuhan tulang itu mencapai puncaknya pada usia 30 tahun,” kata Saptawati dalam webinar CDR, Kamis (22/10/2020).

Setelah itu, lanjutnya, akan terjadi kehilangan atau penurunan massa tulang secara berangsur-angsur. Akan terjadi pula menopause yang akan lebih meningkatkan risiko osteopeni dan osteoporosis.

“Dan kalau kita lihat, kenapa makin lama perempuan tinggi badannya makin menyusut atau pendek, itu karena terjadi osteoporosis yang menyebabkan patah tulang pada tulang belakang sehingga tulangnya makin lama makin bongkok.”

Cara menabung massa tulang sejak dini adalah dengan memerhatikan asupan gizi seimbang termasuk konsumsi makanan atau minuman berkalsium seperti susu. Mengingat, vitamin D sangat baik untuk tulang dan dapat berasal dari sinar matahari, maka kegiatan berjemur setiap pagi bisa menjadi pilihan.

Olahraga yang baik, teratur dan sesuai kemampuan juga disarankan guna mempertahankan fungsi tulang. Memperbaiki gaya hidup seperti tidak merokok juga dapat membantu dalam menabung massa tulang hingga usia puncak perkembangan tulang. Konsumsi obat yang berpengaruh pada pengikisan tulang juga perlu dikontrol.

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Potensi Osteoporosis di Indonesia

Di Indonesia, potensi osteoporosis bisa saja terus meningkat, mengingat diperkirakan 71 juta orang akan berusia di atas 60 pada tahun 2050.

“Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia: 32.3% perempuan di Indonesia mengalami osteoporosis. Persatuan Osteoporosis Indonesia bahkan memperkirakan sekitar 90% dari perempuan Indonesia mengalami osteopenia. Banyak faktor yang dapat menurunkan kepadatan tulang pada perempuan seperti saat kehamilan dan menyusui bahkan penurunan kadar hormone estrogen di masa menopause,” kata Kinshuk Kunwar, Direktur PT Bayer Indonesia dan Country Head Consumer Health.

Ia menambahkan, Jika kondisi ini tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka dapat berpengaruh pada kualitas hidup. Perempuan memiliki peran penting bagi keluarga dan pemberdayaan dirinya sendiri. Memiliki tulang yang sehat dan kuat akan membantu perempuan dalam menjaga kualitas hidupnya baik saat ini maupun di masa depan.

Penelitian International Osteoporosis Foundation menunjukkan, risiko perempuan untuk terkena Osteoporosis 4 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Sebanyak 40,6% perempuan Indonesia berusia 20-29 tahun memiliki massa tulang rendah, yang meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang dalam 20 tahun ke depan saat mereka mencapai menopause.

Proporsi risiko osteoporosis pada perempuan semakin tinggi setelah berusia 55 tahun, sebagian besar disebabkan adanya retak tulang pada perempuan yang berhubungan erat dengan perubahan metabolisme tulang pada umur postmenopause.

Studi yang dilakukan para Pakar di Indonesia tentang ‘Relevansi Kalsium dan Vitamin D untuk mendukung kesehatan Tulang memperkuat fakta bahwa sangat penting untuk mencegah Osteoporosis sejak usia muda.

3 dari 3 halaman

Infografis Gizi Seimbang