Liputan6.com, Jakarta Keropos tulang atau osteoporosis sering dikaitkan dengan kelompok lanjut usia (lansia) dan anggapan lain yang sebagian bahkan menjadi mitos belaka.
Menanggapi hal ini, Pakar Gizi Medik FKUI-RSCM Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc, menjelaskan beberapa mitos dan fakta terkait osteoporosis.
Baca Juga
“Pertama ada yang mengatakan osteoporosis adalah kondisi normal, karena orang makin lama makin tua jadi itu dianggap normal. Memang kepadatan tulang itu akan menurun dengan bertambahnya usia terutama pada perempuan, tapi tidak benar bahwa semua lansia itu mengalami osteoporosis,” ujar Saptawati dalam webinar CDR, Kamis (22/10/2020).
Advertisement
Ia menambahkan, ada lansia yang tidak mengalami osteoporosis dan ada pula dewasa muda yang mengalami osteoporosis.
Mitos selanjutnya adalah anggapan bahwa patah tulang bukanlah masalah serius. Hal ini tidak benar, mengingat patah tulang dapat memengaruhi aktivitas fisik seseorang.
“Aktivitas berjalan, duduk, dan sebagainya secara fisik akan berpengaruh dan pada akhirnya berpengaruh pada kondisi mental, emosional, dan jika patah tulang terjadi pada tulang panggul itu bisa menyebabkan kematian karena seseorang itu hanya bisa berbaring saja.”
Simak Video Berikut Ini:
Penyakit Perempuan Kulit Putih?
Selain mitos-mitos di atas, osteoporosis juga sering dianggap sebagai penyakit yang hanya terjadi pada perempuan berkulit putih saja.
“Memang benar osteoporosis banyak terjadi pada perempuan, tapi pada laki-laki juga bisa. Osteoporosis bisa terjadi pada semua usia, berbagai etnis dan gender. Perempuan etnik Asia hampir 38 persen mengalami osteoporosis, lebih banyak dibandingkan perempuan kulit putih”
Ada pula anggapan bahwa minum susu dan aktivitas fisik bisa membuat seseorang tidak berisiko osteoporosis.
“Nanti dulu, memang selama masa kehidupan dibutuhkan upaya untuk kita membangun tulang guna mempertahankan kesehatan tulang yaitu dengan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup dan latihan fisik secara teratur. Itu betul, tetapi risiko osteoporosis tetap ada terutama jika ada obat yang rutin dikonsumsi yang menyebabkan hilangnya massa tulang.”
Advertisement