Liputan6.com, Jakarta Jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) hendak melakukan lawatan kenegaraan atau kunjungan keluar negeri di masa pandemi COVID-19, maka protokoler prosedur tetap (protap), mencakup protokol kesehatan harus disiapkan matang.
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono menjelaskan, sejumlah protap yang disiapkan, baik dari tim protokol istana maupun persiapan di lokasi tujuan.
Advertisement
"Pertama adalah protap protokol kesehatan diri kita sendiri (tim protokol istana). Sudah pasti kami akan membawa rombongan 50 persennya berkurang, yang tadinya mungkin bersama Presiden dalam penerbangan pesawat 4 atau 5 menteri, menjadi hanya 2 menteri," jelas Heru saat dialog Sekretariat Presiden Menyapa, Selasa (27/10/2020).
"Dua menteri ini yang pasti adalah Ibu Menteri Luar Negeri, satunya lagi itu Menko (Menteri Koordinator). Kemudian yang sudah mendahului (beda pesawat), mungkin yang biasanya kami bawa 7, 8 atau 10 menteri, sudah pasti akan kami kurangkan menjadi 5 menteri."
Rombongan yang mengawal Jokowi akan berkurang. Konsep minimalis menjadi menjadi andalan.
"Soal rombongan, kami minimalis ya, termasuk Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Yang tadinya, misalnya, 50-60 orang, akan kami kurangkan menjadi 30 orang. Sisanya, tugasnya kedutaan besar dengan konsulat jenderal (konjen) untuk mengamankan rombongan Bapak Presiden Jokowi bersama dengan aparat setempat," lanjut Heru.
Â
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Tes PCR untuk Jokowi
Kedua, tes PCR untuk Jokowi. Sebelum hari H keberangkatan lawatan, protap yang disiapkan adalah Jokowi melakukan tes PCR. Hasil tes PCR Jokowi pun akan dikirimkan ke lokasi negara tujuan.
"Kami akan melakukan tes PCR kepada Bapak Presiden bila akan melakukan kunjungan keluar negeri, yakni satu hari sebelum terbang,"
"Misalnya, besok akan terbang, maka jam 21.00 malam ini akan kami swab. Hasilnya, akan dikirim ke lokasi tujuan."
Ketiga, protap radius Jokowi di lokasi tujuan untuk pertemuan dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) atau konjen juga masyarakat setempat yang direkomendasikan oleh KBRI. Jumlah orang yang akan tatap muka dengan Jokowi dikurangkan.
"Kami pasti kurangkan. Misalnya, di ruangan KBRI, yang tadinya 50 orang. Pasti Kami kurangkan menjadi 25 orang. Sisanya, Bapak Presiden harus siap-siap melakukan video conference. Masing-masing mereka (yang akan video conference) harus ada ruang pertemuan di titik-titik tertentu," lanjut Heru.
"Tentunya, terkait biaya sewa tempat. Misal, ada 100 orang di hotel A, B, C, sehingga menjadi 500 warga negara harus bertemu, tergantung konteksnya."
Â
Advertisement
Minta Hasil Tes PCR Menteri Negara Tujuan
Heru menambahkan, protap pertemuan bilateral yang akan dilakukan, tim protokoler istana akan meminta hasil tes PCR dari para menteri di negara tujuan. Pengaturan jaga jarak dan sekat meja harus ada.
"Kami pasti akan meminta hasil tes PCR menteri asing atau menteri setempat yang akan melakukan pertemuan bilateral dengan Bapak Presiden. Dan disiapkan di lokasi oleh KBRI. Soal meja juga jaga jaraknya 2 meter dan harus ada sekat," lanjutnya.
"Bagaimana kalau protap disiapkan langsung oleh tuan rumah. Ya, kita usulkan protap kami seperti itu. Tinggal nanti perbedaannya di mana, kita koordinasi."
Lebih lanjut, Heru mencontohkan, bila pertemuan bilateral akan dilakukan 10 menteri di negara setempat, maka tim protokoler istana akan meminta bagi dua sesi. Sesi pertama, pemaparan dari 5 menteri. Kemudian dilanjut sesi kedua.
"Kira-kira itu yang harus kita komunikasikan. Kita tidak tahu Bapak Presiden akan berkunjung ke mana, tetapi protap dari istana seperti itu gambarannya. Jadi, Bapak/Ibu, perwakilan KBRI di negara-negara sahabat sudah harus mempersiapkan protapnya itu," imbuhnya.
Rumah Sakit untuk Tes PCR
Sebagai pelengkap protokol kesehatan, Heru dan tim protokoler istana akan meminta kerjasama rumah sakit di negara tujuan terkait akses untuk tes PCR.
"Selama kunjungan, kami juga akan membawa tim kedokteran untuk melakukan tes PCR kepada Bapak-bapak yang berkomunikasi dengan tim kami (protokoler istana)," Heru menerangkan.
"Kami akan meminta rumah sakit mana yang bisa kerjasama melakukan tes PCR selama Bapak Presiden berada di sana. Jadi, siapa saja yang berkomunikasi dengan protokoler kami, sudah pasti akan kami minta hasil tes PCR.'
Sederet protap protokol kesehatan di atas jauh-jauh hari disosialisasikan bila hendak Jokowi melakukan lawatan kenegaraan. Rapat koordinasi dilakukan secara virtual.
"Harus dipersiapkan dengan baik jauh-jauh hari. Sebenarnya ini adalah kegiatan baru, bagaimana cara saya mensosialisasikan protap keprotokoleran Bapak Presiden juga protap keprotokoleran kesehatan. Berkomunikasi dan berkonsultasi secara virtual. Dan tentunya menerima pendapat orang lain," tutup Heru.
Advertisement