Sukses

Walau Positif COVID-19 Tanpa Gejala, Dokter di Beberapa RS Belgia Diminta Tetap Bekerja

Para dokter yang positif COVID-19 tanpa gejala diimbau untuk tetap bekerja demi mencegah kolapsnya sistem kesehatan di Liege

Liputan6.com, Jakarta Para dokter yang dinyatakan positif COVID-19 tanpa gejala di Liege, Belgia diminta untuk tetap bekerja. Hal ini demi mencegah sistem kesehatan kolaps.

Kepada BBC, Philippe Devos, kepala Belgian Association of Medical Unions mengatakan bahwa ada sepuluh rumah sakit di daerah itu yang telah meminta dokter positif COVID-19 tanpa gejala untuk terus bekerja.

Dikutip dari 9News pada Kamis (29/10/2020), Devos mengatakan bahwa meski ada risiko penularan virus ke pasien, langkah itu terpaksa dilakukan untuk mencegah runtuhnya sistem rumah sakit dalam beberapa hari.

Mengutip ABC News, Devos mengatakan bahwa pekerja rumah sakit yang positif COVID-19 hanya akan merawat pasien yang juga terinfeksi virus corona untuk menekan penyebaran.

"Mereka harus makan di ruang terpisah (dari staf yang sehat) dan mereka tidak boleh melepas masker selama waktu bertugas," ujarnya. "Kami tahu itu keputusan yang buruk, tetapi keputusan yang lainnya akan jauh lebih buruk."

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

 

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Diimbau Tetap Bekerja

Dikutip dari CTV News, Louis Maraite, communications director dari Liege University Hospital mengatakan pada CNN bahwa karena kurangnya staf, mereka tidak punya pilihan selain meminta perawat yang dites positif COVID-19 tanpa gejala untuk tetap bekerja secara sukarela.

Ia menambahkan, petugas kesehatan yang menunjukkan gejala seperti demam, telah diminta untuk tidak bekerja. Selain itu, rumah sakit juga tidak memaksa petugas yang positif tanpa gejala untuk bekerja.

Rumah sakit di Liege lainnya CHC MontLegia, juga mengonfirmasi bahwa tenaga kesehatan tanpa gejala juga diminta untuk bekerja secara sukarela dan dalam "kepatuhan ketat terhadap tindakan sanitasi" yang mencakup pembatasan kontak dengan rekan mereka.

Yves Van Laethem, juru bicara Belgia untuk penanganan COVID-19 mengatakan bahwa unit perawatan intensif dapat mencapai kapasitas hingga dua ribu pasien dalam 15 hari, jika masyarakat tidak mengubah perilaku mereka.

Pada pekan lalu, pemerintah Belgia telah memberlakukan aturan baru untuk memperlambat penyebaran COVID-19.

Jam malam diberlakukan setiap hari dari tengah malam hingga pukul 5 pagi, restoran dan kafe tidak boleh makan di tempat, dan masyarakat diimbau bekerja dari rumah kecuali tidak memungkinkan. Selain itu, acara olahraga amatir telah dibatalkan dan semua kompetisi profesional harus berlangsung tanpa penonton.

3 dari 4 halaman

Penyebab Melonjaknya Kasus

Devos menyebutkan, ada beberapa faktor yang membuat gelombang kedua COVID-19 di Belgia menjadi parah seperti kurangnya pengujian karena kurangnya peralatan dan keterlambatan pelacakan kontak.

Selain itu, masyarakat setempat juga dinilai membuat penyebaran penyakit menjadi semakin parah.

"Penduduk tidak lagi mempercayai pemerintah dan memutuskan untuk tidak mengikuti langkah-langkah pembatasan," kata Devos. "Ini kegagalan global, saya pikir media memberikan terlalu banyak ruang pada orang-orang yang mengatakan itu hanya flu biasa."

Dalam wawancaranya pada Senin pekan ini, Van Laethem mengatakan bahwa keputusan tentang karantina wilayah atau lockdown kedua kemungkinan akan dibuat sebelum akhir pekan ini, apabila Belgia tidak melihat adanya tanda-tanda perlambatan pasien yang masuk rumah sakit.

Dikutip dari laman Worldometers pada Kamis, 29 Oktober 2020 pukul 08.40 WIB, total kasus COVID-19 di Belgia mencapai 347.289 dengan kasus aktif sebesar 312.747. Sebanyak 11.038 orang dinyatakan meninggal dunia dan 23.504 kasus dinyatakan sembuh.

4 dari 4 halaman

Infografis Pandemi Belum Berakhir, Gelombang II Covid-19 Mengancam