Liputan6.com, Jakarta Seorang pria asal Colorado, Amerika Serikat hampir kehilangan nyawanya saat melangkah keluar dari ruang pancuran air panas ke kamar mandi dingin. Menurut laporan, pria ini memiliki alergi dingin dengan reaksi serius yang dapat menyebabkan kematian atau anafilaksis.
Menurut laporan kasus yang diterbitkan pada 27 Oktober di The Journal of Emergency Medicine, pria berusia 34 itu ditemukan pingsandi lantai kamar mandi oleh keluarganya. Pria itu mengalami kesulitan bernapas dan kulitnya gatal-gatal.
Baca Juga
Dia mengalami reaksi alergi yang mengancam nyawa di seluruh tubuh yang dikenal sebagai anafilaksis. Ketika paramedis tiba, keluarganya memberitahu mereka bahwa pria itu memiliki riwayat "alergi terhadap cuaca dingin," menurut laporan itu.
Advertisement
Dia sebelumnya mengalami gatal-gatal sebagai reaksi terhadap dingin, tetapi bukan anafilaksis. Episode ini dimulai setelah dia pindah dari Mikronesia yang merupakan negara kepulauan di Amerika yang memiliki iklim tropis, ke Colorado yang suhunya lebih dingin, kata laporan itu melansir Live Science, Sabtu (31/10/2020).
Setelah dilarikan ke rumah sakit, paramedis merawat pria itu dengan epinefrin dan oksigen dan membawanya ke ruang gawat darurat. Ketika dia sampai di rumah sakit, dia berkeringat banyak dan memiliki gatal-gatal di sekujur tubuhnya.
Simak Video Berikut Ini:
Urtikaria Dingin
Dokter mendiagnosisnya dengan urtikaria dingin, reaksi alergi pada kulit setelah terpapar suhu dingin, termasuk udara dingin atau air dingin, menurut Mayo Clinic. Orang juga dapat mengembangkan gejala setelah mengonsumsi makanan atau minuman dingin, lapor Live Science.
Gejala yang paling umum adalah ruam merah dan gatal (gatal-gatal) setelah terpapar dingin; tetapi dalam kasus yang lebih serius, orang dapat mengembangkan anafilaksis, yang dapat menyebabkan tekanan darah turun dan saluran udara menyempit, sehingga sulit bernapas.
Reaksi yang lebih parah ini biasanya terjadi dengan kulit seluruh tubuh terpapar dingin, seperti saat orang berenang di air dingin, kata Mayo Clinic. Dalam kasus pria itu, seluruh tubuhnya terkena udara dingin setelah keluar dari kamar mandi.
Dokter mengonfirmasi diagnosis pria itu menggunakan "tes es batu," yang melibatkan penempatan es batu di kulit selama sekitar 5 menit. Jika pasien mengembangkan benjolan merah yang menonjol pada kulit tempat es batu berada, mereka didiagnosis dengan urtikaria dingin.
Belum diketahui seberapa umum kondisi ini, namun satu studi di Eropa menemukan prevalensi 0,05 persen, menurut National Institutes of Health. Reaksi anafilaksis lebih jarang terjadi daripada reaksi seperti alergi lainnya.
Dalam kebanyakan kasus, penyebab dari kondisi ini tidak diketahui, tetapi terkadang dapat diturunkan, yang berarti orang-orang memiliki kecenderungan genetik. Pada orang lain, urtikaria dingin dipicu oleh sesuatu yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti infeksi virus atau kanker tertentu.
Reaksi alergi terjadi karena paparan dingin menyebabkan sistem kekebalan melepaskan bahan kimia yang disebut histamin, yang memicu respons peradangan, seperti dilaporkan Live Science.
Di rumah sakit, pria tersebut dirawat dengan antihistamin dan steroid, dan kondisinya membaik. Sebelum meninggalkan rumah sakit, dia dinasihati untuk menghindari paparan air dingin atau situasi lain di mana seluruh tubuhnya akan terkena hawa dingin. Dia juga diresepkan injektor otomatis epinefrin, yang dapat mengobati anafilaksis dalam situasi darurat.
Advertisement