Liputan6.com, Jakarta Keamanan vaksin tetap menjadi hal utama. Karenanya proses pembuatan dan pengembangan ragam vaksin diawasi dan diaudit secara ketat oleh lembaga terkait. Audit vaksin juga akan dilakukan secara reguler dan terus-menerus oleh pihak berwenang seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Audit vaksin wajib dilakukan dalam masa praproduksi, produksi dan pascaproduksi. Hal itu untuk menjamin bahwa vaksin aman digunakan.
Baca Juga
Terkait keamanan vaksin, Ahli Virologi dan Molekuler Biologi Universitas Udayana Prof I Gusti Ngurah Mahardika juga menyebut soal kehalalannya.
Advertisement
"Halalnya vaksin juga penting bagi masyarakat Indonesia. Ini juga harus menjadi perhatian. Jadi nanti setelah vaksin beredar di masyarakat, juga akan tetap diaudit secara terus menerus. Sehingga vaksin ini benar-benar aman untuk digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat," jelas Mahardika dalam Konferensi Pers ‘Tata Cara Menemukan Vaksin’ yang digelar Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) secara virtual, Senin (02/11/2020).
Mahardika yang merupakan anggota tim pengembangan vaksin Merah Putih menjelaskan, tiap metode pembuatan vaksin memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Hal yang harus diperhatikan menurutnya adalah proses urgensinya. Jika vaksin dibutuhkan di masa pandemi seperti saat ini, kecepatan pembuatan vaksin dan regulasi sangat dibutuhkan dengan tetap memperhatikan keamanan vaksin.
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Macam Pengembangan Vaksin
Lebih lanjut Mahardika menjelaskan, vaksin yang diinaktivasi seperti yang kini tengah dikembangkan oleh lembaga yang membuat vaksin COVID-19 Sinovac, adalah pembuatan vaksin paling lazim yang sering digunakan dalam dunia kesehatan.
"Ada juga vaksin berbasis vektor adenovirus yang disuntikkan ke dalam tubuh dan di mana nantinya tubuh kita sendiri yang akan membuat vaksin. Pemberian vaksin seperti ini lebih mudah karena dapat dilakukan lewat oral. Ada juga ragam vaksin sub-unit yang berbasis protein," jelasnya.
Selain berbasis vektor adenovirus, Mahardika juga menjelaskan pengembangan vaksin dari virus murni di mana virus biasanya dimatikan, kemudian pembuatan vaksin berbasis gen atau DNA (mRNA).
Â
Advertisement