Sukses

Benarkah Terapi Chiropractic Bisa Mengatasi Masalah Tulang Punggung?

Saat ini banyak beredar video mengenai terapi Chiropractic di media sosial.

Liputan6.com, Jakarta Saat ini banyak beredar video mengenai terapi Chiropractic di media sosial. Terapi tersebut dinilai bisa menyembuhkan masalah tulang belakang tanpa harus ke meja operasi. Tak hanya di luar negeri, salah satu publik figur Indonesia pun kerap mempraktekkan terapi Chiropractic dalam vlognya.

Padahal, terapi tersebut sempat menjadi pembicaraan terkait kasus beberapa tahun lalu yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang akibat malpraktik klinik Chiropractic.

Jadi, sebenarnya apa sih Chiropractic itu? Dan apakah perlu mendapatkan gelar dokter agar bisa menggelar praktek tersebut?

Lantas, apa yang harus dilakukan oleh seseorang yang mengidap masalah tulang belakang. Menanggapi hal itu, Nicolaas Budhiparama MD., PhD., SpOT (K), FICS sebagai Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi yang sudah berkecimpung selama 26 tahun di dunia ortopedi dan dr. Shannen Karsten mencoba menjelaskan bahwa masalah tulang belakang merupakan salah satu masalah yang paling sering ditemui pada praktik kedokteran. Hal inilah yang membuat chiropractic menarik perhatian banyak orang.

“Chiropractic berperan dalam pencegahan dan pengobatan untuk masalah pada otot dan saraf, terutama pada bagian tulang belakang. Penanganan yang paling terkenal adalah tindakan manipulasi atau memposisikan ulang tulang belakang. Namun, sebenarnya juga ada terapi latihan, massage atau pemijatan, dan perubahan pola hidup,” ujar Nicolaas.

Chiropractic bukan bagian dari ilmu kedokteran

Nicolaas menegaskan bahwa Chiropractic bukan bagian dari ilmu kedokteran maupun fisioterapi dan seringkali disebut sebagai pengobatan pelengkap atau pengobatan alternatif. Pelaku chiropractic bukanlah seorang dokter spesialis, namun tenaga ahli yang terlatih dan menjalani pendidikan di bidang ini.

“Pada sebagian orang, chiropractic memang dapat mengurangi dan mencegah keluhan pada otot dan saraf, namun juga bukan tanpa komplikasi,” imbuh Nicolaas.

Selain itu, lanjut Nicolaas bahwa hal itu dapat terjadi karena tindakan manipulasi pada chiropractic tidak dapat dilakukan untuk semua orang. Ada beberapa kondisi yang tidak boleh dilakukan tindakan manipulasi pada chiropractic, yaitu osteoporosis (pengeroposan tulang), arthritis (peradangan sendi), saraf terjepit, mengonsumsi obat-obatan tertentu, dan memiliki riwayat kanker.

“Selain itu, tindakan ini sangat bergantung terhadap kemampuan terapis dan sebelum dilakukan tindakan, perlu pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan bahwa memang pengobatan melalui chiropractic memang dapat dan perlu dilakukan. Untuk penanganan lain seperti latihan, pemijatan, dan perubahan pola hidup cenderung lebih aman dan sama efektifnya dengan fisioterapi,” tutur Nicolaas.

Sementara itu, dr. Shannen Karsten mengatakan bahwa secara medis, penanganan pada masalah tulang belakang sangat bervariasi tergantung dari penyebab masalahnya.

Pada dasarnya, perlu untuk memiliki postur tubuh yang benar, baik saat duduk, berdiri, atau berjalan. Selain itu, harus memiliki kebiasaan untuk berolahraga secara rutin, jangan lupa untuk selalu melakukan pemanasan dan pendinginan saat sebelum dan sesudah berolahraga ya!

“Jika ada keluhan nyeri, dapat dibantu dengan mengompres bagian yang nyeri dengan air hangat sebelum memulai aktivitas. Jika memang diperlukan, dapat ditambahkan dengan obat pereda nyeri,” ujar dr. Shannen.

Dr. Shannen melanjutkan bahwa pada tahap awal, bisa mengonsumsi obat nyeri yang dijual bebas. Namun, jika tidak ada perbaikan pada nyeri atau disertai dengan keluhan lain (seperti kelemahan anggota tubuh, kesulitan napas, gangguan BAB atau BAK) sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.

 

Artikel ini bekerja sama dengan Nicolaas Budhiparama, MD., PhD., SpOT(K) dari Nicolaas Institute of Constructive Orthopedic Research & Education Foundation for Arthroplasty & Sports Medicine. www.dokternicolaas.com, instagram : @dokternicolaas