Sukses

Edukasi Menjaga Jarak pada Anak, Bagaimana Caranya?

Psikolog lebih menyarankan agar pertemuan tatap muka pada anak dibatasi, hal ini juga jadi salah satu cara untuk mengajarkan mereka soal pentingnya menjaga jarak di masa pandemi

Liputan6.com, Jakarta Menjaga jarak merupakan satu dari protokol kesehatan 3M untuk mencegah tertular COVID-19. Namun, mengajarkan hal ini pada anak bukanlah sebuah hal yang mudah bagi orangtua.

Sani Budiantini Hermawan, psikolog Anak dan Keluarga, Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani mengakui bahwa bagi anak-anak, menjaga jarak adalah hal yang sulit dilakukan.

"Saya lebih menyarankan untuk anak tidak bertemu face to face (tatap muka) apabila anaknya belum paham," kata Sani dalam sebuah dialog dari Graha BNPB, Jakarta beberapa waktu lalu, ditulis Kamis (5/11/2020).

Ia mengatakan, orangtua tidak bisa melarang anak apabila mereka bertemu dengan sebayanya.

"Jadi kalau memang anaknya belum paham, dikurangi saja bertemu tatap mukanya, lebih baik secara virtual, tentunya dengan orang di rumah yang sudah pasti tidak positif COVID-19." 

Dengan demikian orangtua bisa menyiasati agar protokol kesehatan menjaga jarak bisa dilakukan.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Orangtua Harus Jaga Komunikasi Anak

Menurut Sani, membatasi tatap muka untuk saat ini menjadi cara yang lebih baik ketimbang melarang anak tidak berkontak fisik ketika bertemu dengan teman-temannya atau sebayanya.

"Karena kasihan anak sudah boleh bertemu tetapi tidak boleh dekat, untuk anak pra sekolah itu susah sekali," ujarnya. Hal semacam ini malah dikhawatirkan membuat anak menjadi stres.

"Kalau untuk SD mungkin lebih paham, tetapi kalau pre-school itu memang rada susah karena ada spontanitas," kata Sani.

Meski tak boleh bertemu secara langsung, anak pun tetap harus menjalin komunikasi dengan teman-temannya secara tidak langsung, agar mereka tetap bisa bersosialisasi dengan anak-anak lainnya. Maka dari itu, orangtua pun didorong untuk mendukung hal ini.

"Orangtua tidak boleh memutus hubungan mereka dengan teman-temannya," kata Sani. "Jadi jangan lupa orangtua untuk menyemangati. Kadang-kadang bertukar foto, pengalaman, dan sebagainya, itu juga menyenangkan."

Ia mengatakan, orangtua yang paham akan pentingnya pertemanan biasanya akan mendorong mereka untuk tetap mempertahankan hubungan mereka dengan teman-temannya.

"Jadi dalam pembagian waktu setiap harinya, ada tetap anak belajar, ada anak berteman atau berhubungan dengan orang lain, tetap ada berkegiatan. Jadi anak tidak boleh diputus perkembangannya."

3 dari 3 halaman

Infografis Plus Minus Belajar dari Rumah Secara Online