Liputan6.com, Jakarta - Kicauan tentang Gempi sempat menggema di Twitter beberapa saat setelah heboh tersebarnya video panas mirip Gisel.
Gempi juga sempat menduduki trending topik Indonesia. Posisinya berada di bawah Gisel. Tidak sedikit warganet yang merasa kasihan terhadap bocah perempuan menggemaskan tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Namun, banyak pula warganet yang menyebut-nyebut nama Gisel dan Gempi tapi kontennya berisi video-video memasak dan cuplikan drama Korea.
Hal ini dilakukan semata-mata agar video syur yang memerlihat wanita mirip Gisel tak lagi beredar.
Simak Video Berikut Ini
Komentar Psikolog Terhadap Kondisi yang Menimpa Gisel
Menurut Psikolog Anak, Ratih Zulhaqqi, setiap orang bertanggung jawab atas perilakunya masing-masing.
Artinya, kata Ratih, kita tidak berhak menjadi penanggung jawab atas perilaku orang lain.
"Tapi, secara praktiknya, kadang-kadang lingkungan terkedekat akan terkena imbasnya," kata Ratih saat berbincang dengan Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Sabtu, 7 November 2020.
Advertisement
Yang Dapat Dilakukan Gisel
Ratih, mengatakan, Gisel dari sisi orang yang 'dihujat' memang tidak bisa mengontrol perkataan apa yang diucapkan oleh orang lain atas situasi yang terjadi saat ini.
Namun, yang bisa dikontrol adalah responsnya.
"Di kasus seperti ini anak akan kena imbasnya. Oleh sebab itu, anak berhak mendapatkan penjelasan dan perlindungan," kata Ratih.
"Jadi, sebisa mungkin lingkungan keluarga melakukan perlindungan dan melakukan upaya agar Gempi tidak terpapar konten seperti itu," Ratih menekankan.
Mau Video Itu Benar atau Tidak, Gisel Berhak Bicara ke Anak
Menurut Ratih, mau itu sekadar mirip, Gisel berhak menjelaskan ke anak.
"Mau benar atau enggak videonya, sebenarnya Gempi sudah tersangkut," kata Ratih.
"Kalau memang enggak, tinggal bilang saja bahwa itu berita bohong. Bagaimana juga anak tetap harus dilindungi dari paparan konten negatif tadi," Ratih melanjutkan.
Advertisement
Pesan untuk Warganet yang Berkomentar Soal Gisel
Dan, Ratih pun mengimbau kepada warganet untuk tidak berkomentar dan ikut campur terlalu jauh. Jangan juga berlaga seperti hakim dan merasa yang paling benar.
"Seharusnya, di situasi yang seperti ini, kita lihat saja. Belum tentu benar. Kalau benar, kita tidak berhak mengomentari," katanya.