Liputan6.com, Jakarta Ikan dinilai sangat bergizi ketimbang daging, sehingga cocok dikonsumsi ibu hamil dan balita. Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.
"Kita sering gemes kepada lingkungan terkait pangan ini. Masyarakat juga masih banyak merasa konsumsi daging itu lebih baik daripada ikan," kata Hasto saat memaparkan materi Ketahanan Pangan sebagai Investasi Menuju SDM Berkualitas secara virtual, Senin (9/11/2020).
"Padahal, bukti-bukti yang sangat kuat membuktikan bahwa ikan sangat bermanfaat, murah dan juga sangat bergizi dibandingkan daging sapi. Sebetulnya, ikan mengandung bukan lemak jenuh, tapi lemak tidak jenuh. Jadi, sangat sehat untuk ibu hamil dan balita."
Advertisement
Hasto mencontohkan, kandungan gizi belut dan daging sapi. Belut punya 303 kalori, 27g lemak, 200mg fosfor, 20mg kalsium, vitamin A 1.600 SI, vitamin B1 0,1mg, dan vitamin C 2mg.
Adapun daging sapi punya 207 kalori, 14g lemak, 170mg fosfor, 11mg kalsium, vitamin A 30 SI, vitamin B1 0,08mg, dan vitamin C 0mg. Dilihat dari perbandingan, gizi belut lebih tinggi dari daging sapi.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Kualitas SDM Didukung Nutrisi
Ikan juga kaya omega-3 untuk mencerdaskan otak bayi. Konsumsi ikan ini pun berpengaruh terhadap mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Hal ini seiring dengan program BKKBN untuk mewujudkan SDM yang tidak hanya berkuantitas, melainkan berkualitas.
"Karena sekarang ini baru pada kuantitas, maka kualitas yang ada didukung oleh nutrisi gizi, hasil pertanian yang baik. Pengaruh nutrisi dan gizi ini jangka pendek akan memengaruhi perkembangan otak," terang Hasto.
"Kemudian programming metabolisme ada saat janin dan menentukan masa depan, apakah dia punya kognitif yang bagus, daya tahan yang bagus, bahkan penyakit, seperti diabetes, jantung, hipertensi, stroke. Semua sudah diprogram pada saat terjadi fertilisasi di awal."
Untuk mendukung asupan nutrisi dan pangan, BKKBN menjalin kerjasama dengan Kementerian Pertanian agar produk yang diolah dapat dikonsumsi. Dalam hal ini, ada edukasi yang baik kepada masyarakat supaya memilih makanan yang sehat.
"Itu penting. Betapa sedihnya ketika warga yang miskin itu memilih membeli daging yang mahal daripada ikan yang murah. Padahal, daging yang mahal kandungan lemak jenuhnya cukup membahayakan tubuh. Lalu Omega-3-nya sedikit mencerdaskan otak bayi," pungkas Hasto.
"Ini menjadi bagian penting antara kami dan Kementerian Pertanian bisa sambung kegiatan yang berujung mendeliver masyarakat untuk konseling. Upaya ini kedepannya bisa mewujudkan SDM kita menjadi unggul dan berkualitas."
Advertisement