Sukses

Temuan Khasiat Darah Komodo untuk Perangi Bakteri Superbugs Resisten Antibiotik

Studi terbaru terhadap komodo mengungkap potensi satwa asli Indonesia untuk mengatasi bakteri super.bugs

Liputan6.com, Jakarta Foto seekor komodo "mengadang" sebuah truk menjadi viral beberapa pekan lalu. Hal itu turut memicu konsentrasi publik pada rencana pembangunan resor di Pulau Rinca. Beberapa pihak menyoroti dampak pembangunan proyek terhadap komodo.

Sebagian masyarakat khawatir, proses pembangunan taman wisata modern di Pulau Rinca justru malah akan mengusik satwa asli Indonesia itu. Di samping itu, lembaga swadaya masyarakat (LSM) seperti Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTT juga melontarkan kritik terhadap proyek tersebut.

Menurut Direktur Walhi NTT Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi, jika Pemerintah ingin mengembangkan pariwisata komodo, sebaiknya fokus pada urusan sains dan koservasi habitat komodo, dalam urusan genetik, ekosistem, antropologi, hubungan sosial dengan masyarakat setempat.

"Jadi, sains itu yang dipromosikan, wisata sains peradaban komodo," kata Umbu, seperti dilansir Kanal Regional Liputan6.com.

Terlepas dari pro dan kontra pembangunan proyek pariwisata di Pulau Rinca, perkembangan studi terbaru terhadap komodo mengungkap potensi satwa asli Indonesia untuk mengatasi bakteri super.bugs

Para peneliti di Washington, DC, Amerika Serikat, merancang penawar atau obat yang dikembangkan dari darah komodo untuk mengatasi bakteri resisten-antibiotik. Studi mengungkap, reptil asli Indonesia ini berhasil selamat dari kondisi penuh bakteri.

"Komodo sangat sukses bertahan dari kondisi penuh bakteri ganas yang hidup bersama mereka," ujar rekan direktur School of Systems Biology di George Mason University Monique Van Hoek yang mengepalai studi.

Para peneliti mengembangkan antibiotik jenis baru, DRGN-6 dengan mengombinasikan dua gen yang ditemukan dalam darah komodo. Penggunaan darah komodo dalam riset terdengar bak dongeng anak-anak tentang ramuan penyihir, tapi studi preklinis DRGN-6 menunjukkan antibiotik jenis baru ini berhasil membunuh bakteri resisten Klebsiella pneumoniae yang menjadi biang kerok dari tipe pneumonia agresif.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 5 halaman

Mulut Penuh Bakteri

Riset mengenai darah komodo sebagai obat bakteri resisten-antibiotik ini dimuat dalam Journal of Medical Microbiology.

Selain itu, studi yang dilakukan oleh tim peneliti yang sama pada 2017 menunjukkan bahwa molekul lain yang ditemukan dalam darah komodo yakni DRGN-1 bahkan membantu penyembuhan luka sayatan dengan infeksi bakteri staph pada tikus.

Para peneliti menghubungkan kandungan antimikroba dalam darah komodo dengan fakta bahwa satwa tersebut berevolusi secara berbeda dari manusia.

"Imunitas mereka cenderung berbeda... dan melindungi mereka terhadap bakteri," ujar Van Hoek, seperti dilansir New York Post.

Diketahui, tedapat lebih dari 80 strain bakteri pada mulut komodo, beberapa diantaranya mengandung racun dan berbahaya bagi manusia atau hewan lain yang digigit. Selama ini, komodo dikenal memiliki kemampuan melumpuhkan mangsa dengan gigitan beracunnya, sebelum para peneliti menemukan bahwa komodo memang punya kelenjar racun.

Meski demikian, komodo tidak terpengaruh oleh bakteri-bakteri yang bersarang di mulutnya, bahkan bisa memutus bagian tubuh tanpa mengalami infeksi.

3 dari 5 halaman

Berharap Bisa Dimanfaatkan

Para pentliti berharap, temuan baru ini bisa dimantaatkan dan digunakan untuk melawan bakteri superbugs Klebsiella pneumoniae.

AS menyoroti adanya 8 ribu kasus per tahun dengan jumlah kematian mendekati 600. Sementara, satu-satunya obat antimikroba yang cukup efektif mengatasi bakteri tersebut memiliki efek samping seperti kerusakan lever dan hilangnya pendengaran.

Van Hoek menganggap studi ini sebagai tahap awal yang kritis dan kemungkinan akan memakan waktu 10 tahun sebelum DRGN-6 tersedia bagi masyarakat umum. Saat ini, para peneliti perlu meneliti molekul lebih lanjut guna memastikannya tidak berbahaya bagi sel darah merah.

4 dari 5 halaman

Jumlah Populasi Komodo

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), populasi komodo berjumlah 3.022 pada 2019. Jumlah tersebut mengalami penambahan 125 ekor dari 2.890 pada 2018.

Populasi biawak komodo terkonsentrasi di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur. Jumlah komodo yang ada di Pulau Nusa Kode, Gili Motang, dan Pulau Padar berturut-turut hanya ada tujuh, 69, dan 91 individu.

"Populasi biawak komodo di Lembah Loh Buaya adalah lima persen dari populasi di Pulau Rinca atau sekitar 66 ekor. Bahkan populasi biawak komodo di Lembah Loh Buaya selama 17 tahun terakhir relatif stabil dengan kecenderungan sedikit meningkat di lima tahun terakhir," kata Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno, seperti dilansir dari Kanal Bisnis Liputan6.com.

 

5 dari 5 halaman

Infografis