Liputan6.com, Jakarta Diabetes merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Penyakit ini seringkali tidak memiliki gejala yang jelas sehingga tak jarang, kondisi ini terlambat untuk ditangani.
Ketut Suastika, Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) mengungkapkan bahwa umumnya, gejala klasik dari diabetes antara lain seperti banyak makan, minum, buang air kecil, dan berat badan menurun.
Baca Juga
"Tentu tidak semua pasien mempunyai gejala yang spesifik seperti ini," kata Suastika dalam temu media secara virtual pada Senin (16/11/2020).
Advertisement
"Kadang-kadang, karena gejalanya tidak jelas, terkadang komplikasinya muncul. Mungkin kesemutan, infeksi, gatal-gatal, infeksi kelamin misalnya, itu yang terjadi," ujarnya.
Selain itu, dalam kondisi berat, pasien diabetes juga bisa mengalami kondisi seperti stroke atau jantung. Suastika kembali menegaskan bahwa hal ini dikarenakan gejalanya yang tidak jelas.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Penting Periksakan Gula Darah
Suastika mengatakan, penetapan diagnosis diabetes pada seseorang tidak cukup hanya melihat dari gejala yang dialaminya saja.
"Karena tidak semuanya bergejala dengan jelas," katanya.
Maka dari itu, pemeriksaan gula darah menjadi penting dalam menegakkan diagnosis diabetes.
"Kalau seandainya ada gejala, kita bisa memeriksa gula darah puasa, atau kita bisa periksa gula darah acak misalnya di suatu waktu, atau kita bisa periksa dengan beban namanya dengan glukosa 75 gram yang biasa dilakukan di laboratorium, atau kita juga bisa memeriksa HbA1c," kata Suastika.
Suastika menjelaskan, HbA1c adalah kadar rata-rata gula darah. Pemeriksaan tersebut biasanya dilakukan untuk pemantauan, namun juga bisa digunakan untuk diagnotik.
"Jadi kalau HbA1c lebih dari enam setengah, kalau gula darah puasa lebih dari 126, kalau gula darah acaknya lebih dari 200 atau dengan beban glukosa 75 gram lebih dari 200, maka itu yang kita sebut dengan diabetes."
Advertisement