Liputan6.com, Jakarta Berbagai masalah yang timbul di masa pandemi COVID-19 memicu tingginya angka kasus stres. Sebagai upaya mengurangi potensi kena stress psikolog klinis anak dari Universitas Indonesia (UI) Edward Andriyanto Sutardhio memperkenalkan 3K.
“Sebenarnya 3K digunakan untuk mengurangi potensi seseorang terkena stres. Jadi memperkecil penyebab stresnya,” ujar Edward dalam webinar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dikutip pada Rabu (18/11/2020).
Baca Juga
3K merupakan singkatan dari kaji informasi, kelola emosi, dan kembangkan sumber daya.
Advertisement
“Kaji informasi yang masuk, jadi informasi yang masuk itu informasi yang benar bukan hoaks.”
Informasi yang benar bisa didapat langsung dari pernyataan pemerintah atau dari media yang dapat dipercaya. Kaji informasi tidak hanya terkait penambahan kasus, lanjutnya, namun baca pula informasi-informasi yang positif.
Misal, penambahan kasus sembuh yang tinggi, kemungkinan besar untuk sembuh, dan hal-hal positif yang bisa dilakukan di rumah seperti kesempatan melakukan pelatihan secara virtual dengan gratis.
“Hal-hal positif ini yang harus dimiliki setiap orang, tidak hanya anak tapi seluruh anggota keluarga. Informasi positif membangun seseorang untuk mendapatkan emosi yang positif pula.”
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini:
Kelola Emosi
Kelola emosi bukanlah hal yang mudah. Saat seseorang mengelola emosi berarti orang tersebut mengetahui bahwa dirinya memiliki masalah.
“Dan, pasti kita akan mengalami emosi negatif, mungkin karena pendapatan berkurang, tetangga sakit, sulit belajar di rumah, dan berbagai hal lain.”
Untuk menanggulangi emosi negatif maka diperlukan pembuatan kebiasaan-kebiasaan baru. Contohnya olahraga yang berfungsi sebagai pengelolaan emosi selain pengelolaan fisik.
“Berikutnya duduk tenang, tarik napas panjang, bahkan kelola emosi ini bisa dengan mengekspresikan emosi-emosi negatif dengan hal-hal yang masuk akal.”
Mengekspresikan emosi secara masuk akal contohnya ketika dulu emosi tersebut diekspresikan dengan berteriak maka sekarang dapat diekspresikan dengan mencurahkan isi hati.
Advertisement
Kembangkan Sumber Daya
Menurut Edward, setiap orang memiliki sumber daya yang banyak dan anggota keluarga adalah sumber daya terbaik.
“Jadi misal sentuhan, dari sentuhan itu kita dapat hormon-hormon positif yang meningkatkan imunitas kita, bagaimana kita mengobrol, reuni dengan teman-teman terdekat secara daring, jalan-jalan keliling komplek, jadi cari sumber daya yang kita punya.”
Cara lain mengembangkan sumber daya adalah dengan memaksimalkan teknologi yang ada. Dari ponsel pintar seseorang bisa menikmati berbagai film namun tetap harus memerhatikan durasi, tutupnya.
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19
Advertisement