Liputan6.com, Jakarta Adanya ancaman resistensi antimikroba juga bisa terjadi salah satunya karena penggunaan antimikroba yang tidak tepat pada hewan ternak.
Resistensi antimikroba sendiri berarti kondisi ketika virus atau bakteri tidak bisa dimatikan dengan antimikroba seperti antivirus atau antibiotik.
Baca Juga
Di hewan ternak, hal ini bisa berbahaya bagi manusia karena virus atau bakteri yang resisten akan sulit diberantas dengan obat-obatan. Ketika manusia memakan hewan tersebut, dalam tubuhnya dapat terkandung mikroba resistan yang bisa menularkan penyakit padanya.
Advertisement
Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan bahwa jika tidak ditangani dengan serius, maka resistensi antimikroba bisa menyebabkan bencana kemanusiaan yang berbahaya.
"Penggunaan antimikroba untuk tujuan pencegahan penyakit dan pemacu pertumbuhan pada ternak yang sehat harus dihindari," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Senin (23/11/2020).
Nasrullah menambahkan, peternak perlu menerapkan praktik-praktik peternakan yang baik dan pencegahan, serta pengendalian penyakit. Hal ini diharapkan agar selain mampu menghasilkan produk peternakan yang sehat, juga bebas residu antibiodik dan bebas penyakit.
Â
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Gangguan Produksi di Sektor Peternakan
Nasrullah pun menyampaikan, sejak bulan Juli 2020, Indonesia telah melarang penggunaan obat colistin pada hewan ternak maupun non-ternak. Ini dilakukan demi mencegah terjadinya resistensi antimikroba.
Food and Agriculture Organization (FAO) juga menyampaikan bahwa resistensi antimikroba juga dapat menyebabkan gangguan produksi di sektor peternakan.
Hal tersebut karena hewan yang sakit dan tidak dapat tertangani dengan baik, akibat antimikroba kehilangan kemampuannya untuk membunuh mikroorganisme yang menginfeksi hewan tersebut.
Hal ini tidak hanya berdampak pada meningkatnya tantangan manajemen kesehatan hewan, namun juga ancaman bagi kesehatan masyarakat karena bakteri resistan dapat menyebar melalui rantai makanan.
Team Leader FAO ECTAD Indonesia Luuk Schoonman mengatakan jika penyakit pada hewan ternak tidak terkendali, produk pangan asal hewan menjadi tidak aman dikonsumsi. Sumber mata pencaharian para peternak juga akan menurun drastis.
"Hal ini dapat membahayakan ketahanan pangan terutama produktivitas sektor pertanian, peternakan dan budidaya perikanan dalam menyediakan sumber pangan bagi masyarakat," kata Luuk Schoonman.
Advertisement