Liputan6.com, London - Perusahaan farmasi AstraZeneca dan University of Oxford mengumumkan hasil interim dari tahap ketiga uji klinis vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan.
AstraZeneca, mengumumkan, berdasarkan uji coba terhadap lebih dari 20 ribu sukarelawan, vaksin COVID-19Â yang mereka kembangkan memiliki efikasi rata-rata hingga 70 persen dalam mencegah seseorang mengalami gejala dari COVID-19.
Dikutip dari Business Insider pada Selasa (24/11/2020), percobaan menemukan bahwa efikasi vaksin bervariasi tergantung dosis yang diberikan.
Advertisement
Ketika sukarelawan mendapatkan dua dosis penuh, efektifitas vaksin mencapai 62 persen. Namun, saat pasien mendapat setengah dosis pada suntikan pertama dan dosis penuh disuntikan kedua, efektifitasnya meningkat hingga 90 persen.
Baca Juga
Mereka mengatakan bahwa dari kedua metode tersebut, efikasi rata-rata mencapai 70,4 persen. Namun, belum diketahui mengapa kedua cara itu memiliki tingkat efikasi yang berbeda.
Director Oxford Vaccine Group dan Chief Investigator Oxford Vaccine Trial, Profesor Andrew Ollard, mengatakan bahwa temuan tersebut membuktikan bahwa vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan dapat menyelamatkan banyak nyawa.
"Yang menarik, kami menemukan bahwa salah satu dari regimen takaran kami mungkin sekitar 90 persen efektif, dan jika regimen takaran ini digunakan, lebih banyak orang dapat divaksinasi dengan suplai vaksin yang direncanakan," kata Pollard seperti dikutip dari laman resmi Oxford.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Tidak Ada Kejadian Serius
Terkait keamanan, mereka juga menyebutkan bahwa tidak ada kejadian serius terkait vaksin yang diidentifikasi.
"Pengumuman hari ini membawa kita selangkah lebih dekat ke waktu kita bisa menggunakan vaksin untuk mengakhiri kehancuran yang disebabkan oleh SARS-CoV-2," kata Profesor Vaksinologi di Universitas Oxford, Sarah Gilbert.
Saat ini, uji klinis dilanjutkan dengan analisis akhir dari data yang melibatkan lebih dari 24 ribu peserta dari berbagai kelompok ras dan geografis di Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan.
Uji lanjutan juga tengah dilakukan di Amerika Serikat, Kenya, Jepang, dan India, serta diharapkan akan mendapatkan kurang dari 60 ribu partisipan di akhir tahun.
Dilaporkan BBC, meski efikasi secara keseluruhan lebih rendah daripada Pfizer atau Moderna, tapi vaksin COVID-19 yang dikembangkan AstraZeneca dan Oxford dinilai lebih murah untuk diproduksi, dan lebih murah disimpan ketimbang dua kandidat vaksin tersebut.
Dalam pernyataannya, vaksin COVID-19 yang dikembangkan AstraZeneca dan Oxford bisa disimpan dalam suhu 2 sampai 8 derajat Celsius.
AstraZeneca sendiri berharap dapat mendistribusikan 3 miliar dosis vaksin COVID-19 di tahun 2021.
Â
Advertisement