Liputan6.com, London - Vaksin COVID-19 AstraZeneca dan Oxford baru-baru ini melaporkan hasil interim uji klinis fase ketiga mereka. Mereka menyatakan bahwa rata-rata efetivitas mencapai 70 persen, dan dengan dosis yang tepat bisa mencapai 90 persen.
Meski efikasinya tak setinggi vaksin yang dikembangkan Pfizer atau Moderna, tapi AstraZeneca dan Oxford mengklaim, vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan lebih mudah untuk disimpan dan didistribusikan.
Advertisement
Baca Juga
Kepala penelitian vaksin COVID-19 Oxford, Andrew Pollard, mengatakan bahwa vaksin yang mereka kembangkan tidak harus disimpan dalam suhu freezer, sehingga berpotensi lebih mudah didistribusikan.
"Karena vaksin dapat disimpan pada suhu lemari es, maka vaksin dapat didistribusikan ke seluruh dunia dengan menggunakan sistem distribusi imunisasi normal," kata Pollard seperti dikutip dari AP News pada Selasa (24/11/2020).
Dikutip dari laman resmi Oxford, vaksin COVID-19 mereka terbuat dari adenovirus yang telah diteliti dan digunakan secara ekstensif selama beberapa dekade, serta memiliki keuntungan yaitu stabil, mudah diproduksi, diangkut, dan disimpan pada suhu lemari es domestik atau 2 sampai 8 derajat Celsius.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Suhu yang Dibutuhkan Sama dengan Vaksin Sinovac
Sementara, vaksin COVID-19 yang dikembangkan Pfizer dan Moderna, harus disimpan dalam suhu freezer. Pada vaksin yang dikembangkan Pfizer, suhu yang harus dijaga adalah sekitar minus 70 derajat Celsius.
Mengutip Business Insider, vaksin Moderna dapat diangkut dan disimpan pada suhu lemari es, namun hanya dapat berlangsung satu bulan.
Untuk vaksin Oxford dapat bertahan enam bulan di suhu kulkas. Agar dapat bertahan hingga enam bulan, vaksin Moderna harus disimpan di suhu minus 4 derajat Fahrenheit atau minus 20 derajat Celsius.
Suhu dingin yang dibutuhkan vaksin COVID-19 Oxford/AstraZeneca sesungguhnya hampir sama dengan yang dibutuhkan vaksin COVID-19 buatan Sinovac.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K. Lukito mengungkapkan dalam konferensi persnya pekan lalu, vaksin Sinovac membutuhkan suhu penyimpanan 2 hingga 8 derajat Celsius.
Dalam keterangan persnya di Istana Kepresidenan Jakarta kemarin, Penny mengungkapkan bahwa mereka masih melakukan analisa terkait efektifitas vaksin Sinovac.
"Alhamdulillah, aspek keamanan dalam uji klinik pantauannya baik. Aspek mutu dari vaksin Sinovac juga baik," ujarnya.
Advertisement