Liputan6.com, Jakarta Pemerintah tidak hanya mengandalkan badan usaha milik negara (BUMN) tapi juga swasta dalam produksi vaksin. Maka, kehadiran pabrik vaksin di Indonesia mewujudkan menuju kemandirian di bidang farmasi.
“Pembangunan pabrik vaksin yang dilakukan oleh swasta ini untuk memperkuat industri vaksin yang sudah dibangun oleh BUMN Biofarma sejak lama dan menjadi kebanggaan Indonesia di pasar global. Ini harus kita siapkan sebagai langkah preventif dalam global public health emergency,” ujar Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko saat menghadiri groundbreaking pembangunan pabrik vaksin PT Jakarta Biopharmaceutical Industry (JBio) di Kawasan Industri Cikande, Serang, Banten, Selasa (24/11/2020).
Baca Juga
Kehadiran pabrik JBio sekaligus memperkuat dan saling mendukung percepatan penanganan pandemi dengan memproduksi berbagai macam vaksin.
Advertisement
“Kami mendukung dan mendorong anak bangsa untuk berkarya memproduksi vaksin dalam negeri baik BUMN Biofarma dgn Sinovac, lembaga Eijkman dengan vaksin Merah Putih, termasuk pihak swasta lainnya seperti JBio dengan Longcam ini,” kata Moeldoko dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com.
Kerja sama yang baik antara swasta dan pemerintah hal tersebut tentu berimbas positif pada masyarakat. “Sehingga inilah era elaborasi dengan semangat kegotong royongan sebagaimana arahan Bapak Presiden RI Joko Widodo,” kata Moeldoko.
Lembaga Pemerintah Dukung Swasta
Moeldoko juga meminta agar lembaga terkait seperti Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan para pakar membimbing proses pendirian pabrik vaksin ini. Diantaranya dengan pengawasan, monitoring yang ketat dan evaluasi mendalam terhadap proses produksinya agar dapat memenuhi asas efikasi dan keamanan sesuai standar World Health Organization (WHO).
“Taat azaz dan kekuatan regulasi adalah kunci keberhasilan pendirian pabrik vaksin yang berkualitas, mohon bimbingan intensif dari lembaga terkait dan para pakar,” harapnya.
Kehadiran investasi di bidang farmasi di saat pandemi merupakan kabar baik. Diharapkan, bila perusahaan ini sudah beroperasi bisa mengirim produknya ke luar neger seperti disampaikan Kepala BPOM, Penny Lukito.
“Suatu kebanggaan di masa pandemi COVID-19 ini justru bermunculan investasi biofarmasi. Selain mendorong kemandirian industri obat dan farmasi, ini juga bisa mendorong ekspor. Kami menunggu pendampingan vaksin COVID-19 fase ke 3 (tiga),” jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama JBio Mahendra Suhardono menyampaikan bahwa pabrik di Cikande ini akan menghasilkan produk-produk biofarmasi, termasuk vaksin COVID-19. Suhardono menyampaikan produk-produknya diprioritaskan pada yang sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia dan juga negara-negara sedang berkembang.
Tentu saja, katanya, produk yang dihasilkan memenuhi standar nasional dan internasional.
“Nantinya, produk yang akan dihasilkan sesuai dengan pemenuhan standard mutu internasional, khususnya Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang dikeluarkan BPOM RI, dan juga GMP (Good Manufacturing Practice) WHO,” ungkap Mahendra.
Dalam pengembangannya, ke depan perusahaan ini akan melakukan transfer teknologi bahan baku dan produk jadi biofarmasi untuk membangun kemandirian nasional. Pabrik biofarmasi modern dan memenuhi standard dunia milik JBio dan Longcam ini memiliki nilai investasi Rp500 miliar dan menempati lahan seluas 14.850 meter persegi.
Advertisement