Liputan6.com, Jakarta - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mengungkapkan bahwa ada banyak alasan yang membuat seseorang enggan untuk menjalani tes COVID-19.
"Ada sebab ekonomi, ada sebab budaya, ada sebab stigma, ada bermacam-macam," kata Turro Wongkaren, Tim Pakar Satgas COVID-19 Bidang Perubahan Perilaku.
Advertisement
Baca Juga
Dalam dialog dari Graha BNPB, Jakarta kemarin, Turro mengungkapkan salah satu penyebabnya adalah terkait ekonomi. Ia mengatakan, ketika dinyatakan positif, orang khawatir terganggu dari sisi finansialnya.
"Bisa jadi dia tidak boleh masuk kantor. Khususnya mereka di kalangan sosial ekonominya bawah, mereka jadi tidak bisa dapat uang makan, atau tidak bisa kerja, nanti keluarganya makan apa, jadi itu perlu ditangani," kata Turro dikutip Rabu (25/11/2020).
Masalah lain yang juga diungkap oleh Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas itu adalah tes COVID-19Â yang seringkali membingungkan masyarakat.
"Kalau saya sering dapat orang bingung tentang apa bedanya rapid test dengan swab. Rapid test juga bermacam-macam."
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini
Takut Dapat Stigma Jika Positif
Selain itu, Turro juga mengatakan bahwa tidak bisa dipungkiri bahwa pada umumnya, tidak semua tes 100 persen akurat. Ada yang namanya false negative atau false positive.
"Sayangnya ini yang membuat terkadang masyarakat, 'ini benar tidak sih?'"
Hal lain yang juga membuat masyarakat enggan dites adalah banyaknya istilah-istilah terkait pemeriksaan COVID-19, serta masalah kenyamanan masyarakat untuk menjalani pemeriksaan.
"Bayangkan kalau seseorang harus ke rumah sakit, kemudian harus antri berjam-jam, mungkin tidak sampai, tetapi di tempat menunggu justru takut kena COVID di situ."
Stigma juga membuat seseorang sungkan untuk melakukan tes COVID-19. "Orang takut kalau dia nanti positif atau reaktif, apa kata orang. Dia juga takut kalau harus dikucilkan oleh keluarga besar."
"Jadi begitu banyak hal yang membuat seseorang tidak mau dites, saya pikir kita perlu mencatat semuanya itu."
Advertisement