Liputan6.com, Jakarta Kekerasan seksual sering terjadi di kalangan pemuda dalam relasi romantis atau hubungan berpacaran. Tidak hanya berdampak pada fisik, kekerasan seksual juga bisa berdampak buruk pada psikis, kehidupan sosial, bahkan kehidupan ekonomi korban.
Sekretaris Umum Korps HMI-Wati (Kohati) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Mutya Gustina memaparkan, kekerasan seksual secara fisik berdampak pada tubuh korban. Dapat berupa memar atau bahkan luka di beberapa bagian tubuh.
Baca Juga
“Dampak fisik berkorelasi juga dengan dampak psikis. Dari tekanan yang ada dapat berakhir dengan tindakan menyakiti diri sendiri atau bahkan sampai bunuh diri,” kata Mutya dalam webinar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Jumat (20/11/2020).
Advertisement
Selain dampak fisik dan psikis, kehidupan ekonomi korban pun dapat terganggu. Ketika pikiran dan fisik korban tidak prima maka konsentrasi pun buyar dan pekerjaan tidak bisa dikerjakan dengan baik.
“Korban bisa kehilangan akses ekonomi karena dia kehilangan pekerjaan.”
Selain kehilangan pekerjaan, korban juga dapat termiskinkan oleh pelaku. Berbagai ancaman bisa dilayangkan oleh pelaku agar ia bisa mendapat uang dari korban.
“Misal, pelaku akan melaporkan ke keluarga korban tentang aibnya jika korban tidak memberikan sejumlah uang.”
Berbagai tekanan akibat kekerasan seksual juga dapat membuat korban mengisolasi diri. Menjauhkan diri dari orang lain merupakan salah satu bentuk dari dampak sosial.
“Korban kehilangan kepercayaan diri dalam membangun relasi-relasi dan membatasi diri dalam berinteraksi dengan orang lain.”
Simak Video Berikut Ini:
Cara Menghindari Kekerasan Seksual
Menurut Mutya, hal pertama yang perlu dicari agar terhindar dari kekerasan seksual adalah akses pengetahuan.
“Sebenarnya kita ini sedang mengalami kekerasan atau tidak? Sebenarnya ketika berinteraksi relasi romantis seperti itu apakah kita bahagia atau tidak?”
Berbagai pertanyaan tersebut perlu dipikirkan dengan baik. Tak jarang korban tidak menyadari bahwa dirinya hanya dimanfaatkan.
“Pengetahuan-pengetahuan seperti ini yang perlu diakses, bagaimana membangun relasi yang sehat, bagaimana membuat batasan-batasan di dalamnya.”
Ia menyarankan untuk menetapkan batasan dalam hubungan. Karena batasan merupakan cerminan dari prinsip seseorang dalam sebuah hubungan agar tidak dilanggar dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Kalau kita tidak menghendaki adanya sentuhan dalam hubungan maka tetapkan batasan itu, kalau pasangan tidak mengindahkan hal-hal seperti itu maka jangan lanjutkan,” pungkasnya.
Advertisement