Liputan6.com, Jakarta Jika kita biasa menyandingkan padanan kata berupa generasi penerus bangsa atau generasi Indonesia emas, maka lain halnya dalam penanganan kasus COVID-19. Ada istilah 'Generasi Penularan COVID-19 Hasil Pelacakan Kontak (Tracing) Pasien Positif COVID-19.'
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah menjelaskan, generasi penularan COVID-19 dari tracing ibarat 'pohon' untuk melihat seberapa besar penyebaran virus Corona. Siapa saja dan berapa jumlah orang yang terinfeksi COVID-19.
Advertisement
Baca Juga
"Kalau nanti ada yang berbicara, Oh iya nih, sudah dilakukan penelusuran sampai generasi ketiga. Itu apa sih maksudnya generasi ketiga? Saya jelaskan gambarannya, kita mengenal satu sumber orang yang pertama kali dia positif," jelas Dewi dalam dialog di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Rabu (25/11/2020).
"Orang ini disebut sebagai index case/primary case atau sumber pertama. Jadi, dia sebenarnya sumber pertama yang terinfeksi COVID-19. Kemudian dari satu orang positif ini menularkan kepada orang yang lain. Misalnya, yang paling mudah adalah anggota keluarga."
Sumber orang pertama yang menularkan kepada keluarga bisa membuat orang lain ikut tertular virus Corona. Orang yang terpapar COVID-19 dari sumber orang pertama inilah disebut sebagai generasi satu.
"Sumber orang pertama menularkan COVID-19 kepada keluarga yang tinggal serumah atau kerabat dekat, maka ini muncul penularan yang disebut dengan orang-orang yang tertular dari pasien pertama. Mereka masuk sebagai generasi satu," ujar Dewi.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Dari Generasi Satu Menularkan COVID-19 kepada Orang Lain
Dewi melanjutkan, setelah dilakukan penelusuran kontak dan analisis epidemiologi untuk melihat penyebaran kasus. Orang generasi satu yang tertular COVID-19 bisa menularkan virus kepada orang lain.
"Ternyata orang dari generasi satu pergi lagi nih. Contohnya, seorang bapak yang pulang ke rumah. Dia menularkan COVID-10 kepada istrinya. Istrinya ini generasi satu. Kemudian istrinya pergi pergi ke kantor dan bertemu rekan-rekan kerja," lanjutnya.
"Lalu rekan-rekan kerjanya tertular COVID-19, mereka menjadi generasi kedua. Selanjutnya, mereka berinteraksi lagi nih dengan orang-orang di sekitar. Nah, mereka yang tertular pun disebut generasi ketiga."
Terjadi penularan COVID-19 dari satu orang ke orang lain membuat pelacakan kontak sangat dibutuhkan. Tujuannya, meminimalisasi adanya penularan dari pasien positif COVID-19 satu orang ke orang yang lain.
Dalam proses tracing, petugas pelacak kontak akan menanyakan kapan, di mana, dan berapa lama berkontak dengan orang yang positif COVID-19.
"Semuanya ditanya, kapan sih pernah ada kontak erat. Biasanya durasi minimal berdiskusi atau berkontak 15 menit. Lalu ditanya, frekuensinya berapa kali, siapa aja yang sebenarnya mungkin pernah ngobrol sama si A generasi satu, pakai masker atau enggak pakai masker," terang Dewi.
Advertisement
Penularan yang Sudah Terjadi Sebelumnya
Ketika pelacakan kontak dilakukan, seseorang yang positif COVID-19 bisa saja bukan termasuk kategori orang generasi satu. Ini karena penularan sudah terjadi jauh sebelumnya.
"Jadi, bisa jadi seseorang tertular mungkin dia bukan generasi satu. Mungkin dia generasi kedua atau generasi ketiga. Ini berasal dari penularan-penularan virus Corona (dari orang-orang lain) yang sudah terjadi jauh sebelumnya," ucap Dewi.
Pada kasus kerumunan massa, Dewi menekankan, pelacakan kontak cukup sulit dilakukan. Terlebih lagi kita mengenal adanya Orang Tanpa Gejala (OTG) dan tidak melakukan pemeriksaan COVID-19 segera.
"Kalau kerumunan bisa jadi pohon tracing-nya ruwet. Ya, karena ada orang yang terinfeksi, namun tidak teridentifikasi. Dan ini tantangan yang ditemukan di lapangan pada saat dilakukan tracing," pungkas Dewi.
Infografis 3 Kelompok Harus Dilindungi Saat Jaga Jarak Cegah Covid-19
Advertisement