Sukses

Kekerasan Seksual dalam Relasi Intim Kerap Tidak Disadari Korban

Berbagai kasus kekerasan seksual sering terjadi dalam relasi intim atau relasi romantis dengan dinamikanya tersendiri.

Liputan6.com, Jakarta Berbagai kasus kekerasan seksual sering terjadi dalam relasi intim atau relasi romantis dengan dinamikanya tersendiri.

Dilihat dari definisinya, kekerasan seksual adalah segala bentuk atau percobaan untuk melakukan aktivitas seksual, kata-kata atau cumbuan seksual yang tidak diinginkan. Termasuk perdagangan seksualitas seseorang menggunakan paksaan, ancaman, atau paksaan fisik oleh siapapun, apapun hubungannya dengan korban tidak terbatas hanya di rumah atau di tempat kerja.

Menurut psikolog klinis dari Yayasan Pulih Noridha Weningsari, pengetahuan terkait dinamika kekerasan seksual dalam relasi romantis perlu dimiliki setiap orang terutama perempuan.

“Kekerasa itu intinya secara umum adalah penyalahgunaan hubungan. Jadi ada suatu hubungan, ada kepercayaan di dalamnya dan ini disalahgunakan oleh salah satu pihak,” ujar Noridha dalam webinar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Jumat (20/11/2020).

Ketika ada penyalahgunaan oleh salah satu pihak maka terjadilah relasi kuasa yang tidak seimbang. Salah satu pihak merasa dirinya memiliki kuasa yang lebih tinggi dari pasangannya.

“Karena merasa lebih baik, ia kemudian merasa bisa mengontrol pasangannya sehingga muncullah rasa tidak berdaya dan tidak bisa lepas dari relasi kekerasan itu.”

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Kekerasan Seksual yang Tak Disadari

Menurut Noridha, kebanyakan orang berpikir bahwa kekerasan seksual selalu disertai dengan kekerasan fisik atau kekerasan yang terlihat namun sebetulnya tidak.

“Justru kekerasan seksual dalam relasi interpersonal ada kekhasannya yang membedakan dengan kasus-kasus pemerkosaan.”

Salah satu kekhasan dalam kekerasan seksual adalah grooming. Ini adalah proses membangun hubungan positif dan menjalin ikatan emosional untuk menumbuhkan rasa percaya sehingga bisa mengatasi hambatan untuk tujuan seksualitas.

“Contoh, kalau Anda kenalan sama orang di sosial media kemudian dia menceritakan apa yang dia alami dan berusaha membuat Anda percaya itu sebetulnya proses yang disebut grooming.”

Ia menambahkan, proses tersebut biasanya diawali dengan membangun rasa aman kemudian memenuhi keinginan korban. Keinginan di sini tidak selalu bersifat material, misal korban ingin memiliki teman bercerita maka pelaku akan berusaha memenuhi keinginan tersebut.

Proses berlanjut pada pertanyaan-pertanyaan yang mengarah ke hal intim. Misal, pelaku menanyakan apa saja yang telah dilakukan korban dengan pacar sebelumnya.

Setelah itu, kekerasan seksual dapat terjadi dan setelah terjadi, tak jarang pelaku mencoba untuk menenangkan korbannya. Dalam proses grooming, biasanya korban tidak menyadari bahwa ia sedang mendapat kekerasan seksual.

3 dari 3 halaman

Infografis Kekerasan dalam Pacaran