Sukses

Ribut-Ribut Hasil Uji Coba Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ada Apa?

Vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca dan Universitas Oxford memancing 'keributan' di kalangan peneliti mengenai efektivitas memerangi Corona.

Liputan6.com, London - Perusahaan farmasi AstraZeneca dan Universitas Oxford mengakui adanya kesalahan produksi yang menimbulkan pertanyaan mengenai vaksin COVID-19 buatan mereka.

Padahal, baru beberapa yang lalu, mereka mengeluarkan pernyataan bahwa vaksin tersebut 'sangat efektif' melawan Virus Corona.

Pada Senin, 23 November 2020, AstraZeneca mengumumkan bahwa kandidat vaksin COVID-19 buatannya memiliki kemanjuran hingga 90 persen ketika relawan mendapat setengah dosis pada suntikan pertama dan dosis penuh pada suntikan kedua.

Tingkat kemanjuran yang sebesar itu setara dengan kandidat vaksin COVID-19 yang berasal dari Pfizer dan Moderna.

Namun, ketika relawan mendapat suntikan dua dosis penuh, efektivitas dari vaksin hanya 62 persen. Jika digabungkan, kata AstraZeneca, efektivitas kandidat vaksin COVID-19 tersebut mencapai 70 persen.

Dalam sebuah pernyataan pada Rabu, 25 November 2020, Universitas Oxford mengatakan bahwa beberapa botol yang digunakan dalam uji coba tidak memiliki konsentrasi vaksin yang tepat, sehingga beberapa relawan hanya mendapat suntikkan setengah dosis saja.

Universitas Oxford juga mengatakan bahwa mereka telah membahas masalah tersebut dengan regulator, dan sepakat untuk menyelesaikan uji coba tahap akhir dengan dua kelompok.

Masalah manufaktur telah diperbaiki, menurut pernyataan itu, dikutip dari situs NBC News pada Jumat, 27 November 2020.

Sebelumnya, Bloomberg melaporkan bahwa CEO AstraZeneca, mengatakan, kemungkinan akan ada uji coba tambahan setelah mereka mendapatkan hasil baru-baru ini.

Juru bicara AstraZeneca menekankan bahwa itu bagian dari uji coba tahap akhir, bukan 'uji coba baru'.

"Seperti yang kami sampaikan dalam konferensi pers hari Senin, ada manfaat kuat untuk terus menyelediki lebih lanjut rejimen setengah dosis atau dosis penuh," kata perusahaan pengembang vaksin COVID-19 tersebut.

 

Simak Video Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Tentang Vaksin COVID-19 AstraZeneca

Kabar mengenai 'kesalahan dosis' mencuat saat dunia fokus pada vaksin COVID-19 sebagai senjata mengakhiri pandemi Corona yang telah merenggut 1,4 juta nyawa di seluruh dunia.

Pernyataan awal dari Universitas Oxford maupun AstraZeneca memang tidak menyebutkan mengenai kesalahan dosis, tetapi Kepala Penelitian dan Pengembangan Non-Onkologi AstraZeneca, Mene Pangalos, mengatakan kepada Reuters pada Senin, 23 November 2020, alasan untuk pemberian setengah dosis adalah 'kebetulan' dan 'keberuntungan'.

Sementara itu, AstraZeneca dalam pernyataan yang diterima NBC News melalui surat elektronik pada Kamis, 26 November 2020, mengatakan bahwa studi tersebut dilakukan 'dengan standar tinggi'.

Namun, cara bagaimana hasil diperoleh dan dilaporkan telah menimbulkan pertanyaan dari para ahli.

“AstraZeneca atau Universitas Oxford mendapatkan nilai yang buruk untuk transparansi dan ketelitian dalam hal hasil uji coba vaksin COVID-19 yang telah mereka laporkan,” kata Asisten Profesor Biostatistik di University of Florida, Natalie Dean, melalui kicauannya di Twitter pada Selasa, 24 November 2020.

Hal lain yang cukup membingungkan, kata David Salisbury dari Program Kesehatan Global di Lembaga Think Tank Chatham House, soal keputusan untuk mengumpulkan hasil dari dua kelompok relawan yang menerima suntikkan dengan dosis berbeda guna mencapai efektivitas rata-rata 70 persen.

"Anda telah mengambil dua penelitian dengan dosis berbeda yang digunakan dan menghasilkan komposit yang tidak mewakili salah satu dosis," kata David tentang angka tersebut.

“Saya pikir banyak orang mengalami masalah dengan itu,″ David menambahkan.

Para ahli juga mengatakan bahwa jumlah orang yang relatif kecil--- sebanyak 2.741 orang---dalam kelompok dosis rendah menyulitkan untuk mengetahui apakah keefektifan yang terlihat pada kelompok itu nyata atau kekhasan statistik, meskipun AstraZeneca mengatakan bahwa semua hasilnya signifikan secara statistik.

Namun, beberapa ahli menunjukkan bahwa uji coba vaksin adalah sebuah eksperimen, dan adanya temuan 'kebetulan' merupakan sesuatu yang normal.

“Ini adalah kesalahan yang sangat menguntungkan,” kata Profesor Virologi Molekuler di Universitas Leeds, Nicola Stonehouse.

“Ini adalah eksperimen, dan terkadang eksperimen tidak berjalan seperti yang Anda pikirkan. Terkadang hal-hal tidak terduga bisa terjadi, tapi mereka menyadari apa yang terjadi, dan itu ilmu eksperimental yang bagus," ujarnya.

Tetapi Stonehouse memeringatkan bahwa sejauh ini hanya ringkasan hasil---bukan data aktual---yang telah dirilis. Dan, pengawasan ketat oleh regulator perlu diikuti guna memastikan bahwa hasil tersebut tidak merusak kepercayaan publik terhadap upaya global untuk memvaksinasi miliaran orang. 

3 dari 3 halaman

Infografis Vaksin COVID-19