Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengkhawatirkan bahwa berkurangnya dokter atau tenaga kesehatan lain karena terinfeksi Virus Corona baru penyebab COVID-19, dapat mengganggu pelayanan kesehatan bagi banyak masyarakat.
Ketua Umum IDI, Daeng M. Faqih, mengatakan, untuk menghasilkan satu dokter dan tenaga kesehatan lainnya membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan biaya yang tidak murah.
"Untuk dokter spesialis bisa mencapai waktu 10 sampai 15 tahun," kata Daeng dalam dialog virtual dari Graha BNPB pada Senin (30/11/2020).
Advertisement
"Dan, biayanya mahal sekali," Daeng menambahkan.
Baca Juga
Selain itu, lanjut Daeng, satu dokter di Indonesia bisa dibutuhkan oleh sekitar lima sampai seratus ribu orang.
"Jadi, kalau satu meninggal, itu berarti potensinya lima ribu sampai seratus ribu orang itu tidak terlayani oleh dokter. Itu sayang sekali kalau petugas kesehatan harus meninggal," kata Daeng.
Daeng, menambahkan, dalam penanganan pandemi Virus Corona, apabila satu dokter atau tenaga kesehatan meninggal, orang yang melakukan pelayanan terhadap pasien COVID-19Â juga akan berkurang.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Bantu Lindungi Dokter dan Nakes Lainnya
Di kesempatan tersebut, Daeng menegaskan bahwa perlindungan terhadap tenaga kesehatan di masa pandemi Corona adalah hal yang wajib dipenuhi.
Ia mengungkapkan sudah ada sekitar 180 dokter dan lebih dari 114 perawat yang meninggal karena COVID-19.
"Sehingga kalau ini perlindungan terhadap tenaga kesehatan tidak dijaga betul, saya khawatir ini semakin banyak yang terkena infeksi, banyak yang gugur," kata Daeng.
Bagi masyarakat, Daeng mengatakan bahwa seseorang bisa ikut melindungi tenaga kesehatan dengan menjaga dirinya dari penularan COVID-19.
"Biang kerok dari banyaknya pasien di rumah sakit, yang menyebabkan beban pelayanan tinggi, menyebabkan petugas kesehatan banyak tertular dan gugur, itu karena penularan di masyarakat terjadi terus menerus," kata Daeng.
"Barangkali komitmen kita, disiplin kita, menerapkan protokol kesehatan kurang baik,"Â Daeng menekankan.
Advertisement