Liputan6.com, Jakarta  Ketersediaan tempat tidur pasien COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran Jakarta pada 30 November 2020 mencapai 50 persen. Bila tidak ada langkah antisipasi, tingkat hunian bisa penuh.
Kepala Sekretariat RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran RM Tjahja Nurrobi menyampaikan, keterisian tempat tidur pasien di Wisma Atlet.
Advertisement
"Sekarang, flat isolasi mandiri masih ada 20 persen. Untuk ketersediaan pasien di tower perawatan masih sekitar 50 persen," kata Nurrobi saat dialog di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Senin (30/11/2020).
"Namun, harus tetap kita kita antisipasi. Karena 50 persen, bisa saja dalam waktu beberapa hari kedepan langsung penuh."
Untuk pasien tanpa gejala (Orang Tanpa Gejala/OTG), ada juga yang dialihkan ke Pademangan dan hotel-hotel yang sudah ditunjuk sebagai tempat isolasi. Di Wisma Atlet, keterisian pasien COVID-19 hanya gejala ringan dan sedang.
"Pasien COVID-19 gejala berat maupun kritis, kami rujuk ke rumah sakit rujukan," lanjut Nurrobi.
Â
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Jaga Semangat Tenaga Kesehatan di Wisma Atlet
Angka kesembuhan pasien COVID-19 di Wisma Atlet, lanjut Nurrobi, rata-rata hampir 90 persen semuanya. Meski begitu, antisipasi perlu dilakukan melihat tren kasus positif COVID-19 yang meningkat.
"Persentase angka positif COVID-19 di Wisma Atlet masih 1 sampai 2 persen. Masih kecil ya. Akhir-akhir ini saja, mulai meningkat," lanjutnya.
"Ada kecenderungan pasien yang masuk lebih banyak daripada yang keluar. Nah, itulah kita harus cepat-cepat mengantisipasi."
Untuk tenaga kesehatan di Wisma Atlet sudah ada 6.000 orang yang secara bergantian bekerja. Dalam sehari, mereka bekerja 8 jam. Semangat para tenaga kesehatan tetap terjaga.
"Yang penting itu semangatnya harus tetap terjaga. Ya, karena sangat memengaruhi imun kita. Mereka rata-rata lebih disiplin dan juga kami tekankan, senasib sepenanggungan," tutur Nurrobi.
"Jadi, supaya timbul jiwa semangatnya, sehingga imun kuat. Tentunya, pendampingan psikis juga dilakukan, baik dari TNI/Polri maupun relawan."
Advertisement