Liputan6.com, Jakarta Memperingati Hari AIDS Sedunia yang jatuh setiap 1 Desember, tahun ini, World Health Organization (WHO) meminta agar negara-negara di dunia menggalang solidaritas global untuk mempertahankan layanan esensial HIV selama pandemi COVID-19.
Mereka juga meminta agar pemerintah memastikan keberlanjutan penyediaan layanan HIV bagi anak, remaja, dan populasi yang paling berisiko terhadap penyakit tersebut.
Baca Juga
Dalam laman resminya, dikutip Selasa (1/12/2020), WHO menyatakan bahwa penting untuk melindungi orang dari HIV dan penting untuk memastikan pasien dapat mempertahankan pengobatan.
Advertisement
Mereka menyebut, para peneliti saat ini tengah melakukan penyelidikan apakah orang dengan HIV memiliki peningkatkan risiko kondisi parah dari COVID-19.
Namun, bukti awal menunjukkan bahwa adanya risiko yang lebih tinggi pada orang dengan HIV, membuatnya semakin membutuhkan akses obat antiretroviral (ARV), serta pengobatan untuk penyakit penyerta lainnya seperti penyakit tidak menular (PTM), penyakit paru obstruktif kronik, diabetes, dan tuberkulosis.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Tetap Waspada
Meski sempat ada penurunan layanan kesehatan akibat pandemi, namun laporan terbaru WHO menyatakan, bahwa jumlah negara yang melaporkan gangguan pada layanan HIV menurun 75 persen sejak Juni.
Hanya 9 dari 152 negara dalam survei, yang masih melaporkan gangguan. Pada Juni lalu, 24 negara menyatakan kekurangan pasokan ARV kurang dari 3 bulan. Saat ini, hanya 12 negara yang melaporkan rendahnya persediaan.
"Di Hari AIDS Sedunia 2020, kami memberikan penghormatan kepada komunitas dan negara yang telah menunjukkan ketahanan dan inovasi, yang seringkali dipelopori oleh orang-orang dengan HIV," kata Meg Doherty, Director of WHO's Department of Global HIV, Hepatitis and STI Programmes.
"Ini penting karena sementara kita fokus memerangi pandemi baru ini, kita tidak boleh melepaskan kewaspadaan terhadap pandemi kembar yang telah bersama kita selama 40 tahun, dan masih jauh dari usai."
WHO berharap, pendekatan inovatif bagi layanan HIV dapat diterapkan selama pandemi COVID-19. Hal ini demi mengejar dan mempercepat kemajuan menuju target baru di tahun 2025, serta mencapai tujuan Sustainable Development Goals, di mana AIDS tidak lagi menjadi ancaman kesehatan masyarakat tahun 2030.
Advertisement