Sukses

Ternyata Ini di Balik Penambahan 8.369 Kasus COVID-19 di Indonesia 3 Desember 2020 Versi Wiku

Terjadi penambahan 8.369 kasus baru COVID-19 di Indonesia pada Kamis, 3 Desember 2020, yang tertinggi selama pandemi Corona.

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat dikagetkan dengan penambahan angka positif COVID-19 yang mencapai 8.369 kasus pada Kamis, 3 Desember 2020. Itu merupakan yang tertinggi selama pandemi Corona terjadi di Indonesia.

Sebelumnya, pada Kamis, 29 November 2020, masyarakat sudah dibuat syok karena adanya penambahan positif COVID-19 sebanyak 6.267 kasus.

Tanpa harus merasakan 7.000 kasus positif Corona dalam sehari, Indonesia langsung menerima 'hadiah' 8.000 lebih kasus positif COVID-19 hanya dalam waktu 24 jam.

Ada apa sebenarnya?

Menurut Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia, Prof Wiku Adisasmito, ada dua 'cerita' di balik penambahan kasus positif Corona yang meroket di angka 8.369.

Dalam dialog Pandemi Belum Berakhir: Patuhi Protokol Kesehatan yang disiarkan di kanal Youtube BNPB Indonesia pada Jumat, 4 Desember 2020, Wiku terlebih dahulu menjelaskan bahwa tiga libur panjang yang terjadi saat Hari Raya Idulfitri, Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, dan libur pada 28 Oktober hingga 1 November 2020, menimbulkan kenaikan kasus COVID-19 yang tidak main-main.

"Semua itu menimbulkan kenaikan kasus pada 10 sampai 14 hari kemudian, dan bisa bertahan satu sampai dua minggu sesudahnya," kata Wiku.

"Dan, naiknya antara 50 sampai lebih 100 persen. Polanya seperti itu," Wiku menambahkan.

Semakin ke sini, lanjut Wiku, kenaikan kasus positif COVID-19 semakin menggila,"Ada 6.000 dan 8.000.".

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Dua Penyebab Kasus Positif COVID-19 3 Desember 2020 yang Mencapai 8.369

Wiku pun mengatakan bahwa penyebab pertama meroketnya kasus harian COVID-19 di Indonesia disebabkan tingkat penularan Virus Corona yang masih tinggi.

Kedua, sedang ada sinkronisasi data antara pusat dan daerah.

"Jadi, ada beberapa daerah yang kesulitan memasukkan datanya sehingga terakumulasi," katanya.

Salah satu contohnya adalah Papua, yang menurut Wiku sudah sejak 19 November sampai dengan 3 Desember baru memasukkan data yang mencapai 1.700 lebih kasus positif COVID-19. Sehingga terjadi lonjakan.

"Indonesia ini negara yang besar dan mengintegrasikan seluruh data menjadi satu untuk real time itu perlu waktu," kata Wiku.

"Tapi, dari situ, tetap saja angkanya itu memang tinggi (ketika dibagi). Jadi, sebenarnya tingkat penularannya di masyarakat juga masih tinggi, kasus pun meningkat," Wiku menambahkan.

 

3 dari 4 halaman

Pentingnya Protokol Kesehatan COVID-19

Wiku kembali mengingatkan pentingnya protokol kesehatan guna memutus rantai penyebaran dan penularan Virus Corona COVID-19.

Di sisi lain, Wiku tak memungkiri bahwa sembilan bulan bergulat dengan pandemi COVID-19 bukan waktu yang sebentar. Pasti ada kejenuhan.

"Efektivitas masyarakat dan kita bersama-sama untuk melakukan sosialisasi masih terbatas, belum sampai dipahami, dan bisa melekat di setiap orang utnuk melakukannya," ujarnya.

Selain itu, kata Wiku, tanggung jawab pribadi untuk mematuhi protokol kesehatan COVID-19 juga masih kurang.

"Ada yang punya tanggung jawab pribadi sangat tinggi, sampai mengingatkan orang lain juga ada, tapi kurang banyak yang seperti itu," kata Wiku.

4 dari 4 halaman

Infografis COVID-19 di Indonesia