Liputan6.com, Bandung Jumlah orang dengan obesitas semakin hari semakin meningkat, terutama pada anak-anak. Selain dapat mengakibatkan penyakit diabetes dan jantung, ternyata obesitas dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit ginjal seperti disampaikan Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia Jawa Barat Ria Bandiar.
“Kegemukan akan mengakibatkan obesitas, dan obesitas akan mengakibatkan banyak penyakit salah satunya adalah penyakit ginjal,” ujar Ria dalam keterangan resminya dalam situs RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat.
Baca Juga
Pada orang obesitas, kata Ria, ginjal bekerja lebih keras menyaring atau memfiltrasi darah lebih banyak (hiperfiltrasi) untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh yang meningkat. Peningkatan peran fungsi ini dapat merusak ginjal dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ginjal kronik.
Advertisement
Ria menuturkan data tahun 2014 menunjukkan adanya 600 juta usia dewasa dengan obesitas di dunia. Estimasi sampai tahun 2025, obesitas ini mencapai 18 persen pada laki-laki dan lebih 21 persen pada wanita di seluruh dunia, dan obesitas berat pada wanita dan pria masing-masing sebanyak 6 persen dan 9 persen.
"Pada negara tertentu bahkan obesitas mencapai lebih dari sepertiga populasi dewasa yang memberikan kontribusi signifikan terhadap buruknya derajat kesehatan serta tingginya pengeluaran biaya kesehatan setiap tahunnya," ungkap Ria.
Penjelasan itu didukung oleh dokter spesialis gangguan terhadap sistem pencernaan dan organ hati Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Rudi Supriyadi. Rudi menjelaskan penderita obesitas mengalami risiko 83 persen lebih besar mengalami penyakit ginjal kronik daripada orang dengan berat badan normal.
Tercatat enam ratus juta orang di dunia mengalami obesitas ungkap Rudi, dan 220 juta diantaranya adalah anak sekolah. Untuk orang Asia sebut Rudi, seseorang dinyatakan obesitas apabila indeks masa tubuh lebih dari 25 kg/m2 (untuk orang Asia), gangguan lemak darah (dislipidemia) serta lingkar perut lebih dari 90 centimeter untuk laki - laki dan lebih dari 80 centimeter untuk perempuan.
"Mayoritas orang dengan penyakit ginjal terjadi pada usia 40 tahun keatas. Namun, beberapa tahun terakhir terjadi fenomena yang mengkhawatirkan, usia penderita penyakit ginjal semakin muda. Saat ini banyak anak-anak yang sakit ginjal dan terpaksa harus menjalani cuci darah secara berkala," terang Rudi.
Cek Awal Lebih Baik Sekitar Rp50 Ribu
Mengenali penyakit ginjal memang tidak terlalu mudah, karena pada umumnya penyakit ginjal tidak menimbulkan rasa sakit. Menurut Rudi, penyakit ginjal tidak mudah dikenali karena pada awalnya tidak ada rasa sakit.
Untuk mendeteksi secara dini, sebaiknya setidaknya sekali dalam setahun memeriksakan diri ke dokter dengan tes laboratorium sederhana yaitu urine, ureum dan kreatinin. Biayanya, kata Rudi relatif terjangkau, sekitar Rp50 ribu.
"Lebih murah mencegah daripada jika sudah sakit sulit mengobatinya dan biayanya sangat mahal. Gejala seperti jumlah urin harian yang berkurang atau berbuih, kencing berdarah, kencing berpasir serta hipertensi merupakan gejala awal yang mencurigakan terhadap penyakit ginjal kronik,” terang Rudi.
Rasa nyeri yang terkait ginjal bisa berupa nyeri pinggang dengan penyakit ginjal karena batu ginjal, tumor dan infeksi. Sedangkan nyeri sekitar kandung kemih bawah lebih banyak menunjukkan pada infeksi saluran kemih.
Cara untuk mencegah sakit ginjal yang diakibatkan oleh ginjal tentu saja adalah pola hidup sehat. Konsumsi makanan seimbang, olahraga teratur, istirahat cukup, kelola stres dan hindari merokok dan minuman beralkohol.
Dokter subspesialis endokrinologi dan penyakit metabolisme RSHS Nanny Natalia M. Soetedjo menuturkan, yang jadi kendala dalam mengatur jumlah asupan makanan adalah menakar makanan sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh dan tidak menyebabkan obesitas.
Padahal kata Nanny, sangat mudah untuk menakar makanan sehingga tidak ada alasan untuk makan berlebihan.
“Saya menggunakan rumus yang mudah. Setiap makan, porsi karbohidrat adalah sekepalan tangan, tentunya kepalan tangan wanita dan laki-laki biasanya lebih besar laki-laki. Selanjutnya proteinnya dua per tiga telapak tangan, sayurannya satu raupan menggunakan kedua tangan, dan buahnya satu kepalan tangan dan minum 30 cc kali berat badan. Ukuran tersebut berlaku untuk satu kali makan ya,” sebut Nanny.
Nanny menambahkan, selain pola konsumsi perlu diperhatikan juga pola aktivitas fisik atau olahraga. World Health Organization (WHO) menganjurkan dalam satu minggu minimal olahraga selama 150 menit yang dibagi kepada 3-5 waktu.
Advertisement