Sukses

Persentase Penerima Vaksin COVID-19 Mandiri Lebih Besar, Anggota DPR Kritik Menkes Terawan

DPR mengkritik skema 70 persen vaksin mandiri dan 30 persen vaksin program dalam vaksinasi COVID-19

Liputan6.com, Jakarta Menkes Terawan Agus Putranto mengungkapkan bahwa untuk mencapai cakupan 67 persen kebutuhan vaksin COVID-19 akan terdiri dari dua skema yaitu 30 persen vaksin program dan 70 persen vaksin mandiri.

Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan Terawan dalam Rapat Kerja bersama dengan Komisi IX DPR RI pada Kamis (10/12/2020).

"Yang pertama untuk vaksin program dengan sasaran 32.158.276 orang membutuhkan 73,96 juta dosis," kata Terawan.

Dia menambahkan, hal ini juga telah memperhitungkan wastage rate 15 persen dari jumlah total sasaran vaksin.

Sementara untuk vaksin mandiri, Terawan mengatakan terdapat sasaran vaksinasi sebesar 75 juta orang, dengan kebutuhan dosis vaksin COVID-19 mencapai 172 juta dosis.

"Sehingga dengan 107 juta sasaran, atau 67 persen dari 160 juta usia 18 sampai 59 tahun, kebutuhan vaksin adalah 246 juta perhitungan kebutuhannya," kata Terawan.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dikritik DPR

Namun, skema ini mendapatkan pertentangan dari Komisi IX DPR RI. Mereka menilai bahwa proporsi antara 70 dan 30 persen tersebut dirasa dapat memberatkan masyarakat.

"Jumlah Peserta PBI tingkat pusat itu 96,6 juta orang. Ditambah yang dibayar oleh daerah 31,1 juta. Jadi ada 127,7 juta orang, itu yang peserta PBI baik pusat maupun daerah," kata Yahya Zaini, Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Partai Golkar, dalam rapat tersebut.

Dia melanjutkan, apabila diambil 20 persen di luar ketentuan usia, masih ada 102,2 juta orang. "Dikurangi hanya 32, apakah yang 70 juta ini harus membayar atau tidak?"

Yahya mengatakan bahwa pemerintah jangan membebankan vaksin COVID-19 kepada rakyat. Ia menilai, proporsi ini malah menunjukkan ketidakhadiran negara.

"Kok justru negara membebankan kepada rakyatnya dengan vaksin mandiri," kata Yahya. "Kalau perlu kita tolak ini, 30-70 proporsi ini," kata Yahya.

Yahya mengusulkan agar demi kepentingan rakyat, seharusnya proporsi vaksin program yang dibiayai pemerintah adalah yang 70 persen, sementara 30 persen adalah yang vaksin mandiri.

"Dibalik, kalau kita betul-betul cinta untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. 70 yang dibiayai pemerintah, 30 yang mandiri," tegasnya.

3 dari 4 halaman

Belum 'Fixed'

Menjawab hal ini Terawan menjawab bahwa pembagian ini didasarkan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebut bahwa ada sekitar 78 juta orang yang dinilai mampu membayar vaksin COVID-19 di Indonesia.

"Kemudian kita hitung 67 persen dari jumlah usia 18 sampai 59 tahun, ketemulah jumlah sekitar 167 juta. Kemudian 67 persennya ketemu 107 juta."

Selain itu, Terawan juga mengatakan bahwa pemerintah juga akan menghadirkan vaksin COVID-19 gratis dari skema COVAX. Namun, ia tidak mengatakan kapan vaksin tersebut akan didatangkan.

"Juga nanti sambil mengantisipasi, adanya range kalau vaksin-vaksin untuk usia tua, muda maupun komorbid itu keluar," kata Terawan.

"Ini tidak fixed, kalau kita tentukan sekarang, juga tidak akan fixed, karena menyangkut vaksin yang ada, kita tidak diskriminasi tapi menyangkut keamanannya."

4 dari 4 halaman

Infografis 3 Cara Vaksin Covid-19 Picu Kekebalan Tubuh

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.