Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 masih belum dapat diatasi di dunia, dan juga di negara kita. Penyakit ini dapat mengenai siapa saja, termasuk wanita hamil dan menyusui. Dalam hal ini, World Heath Organization (WHO) merekomendasikan bahwa ibu yang suspek atau sudah confirmed COVID-19 dapat tetap memberikan air susu ibu (ASI) pada bayinya. Pada Ibu harus dijelaskan bahwa manfaat memberi ASI jauh lebih besar daripada risiko tertular penyakit.
WHO memberikan rekomendasi itu sesudah melakukan analisa dari berbagai jurnal ilmiah yang ada, sampai saat rekomendasi dikeluarkan. Data yang dikaji adalah 46 Ibu menyusui dengan COVID-19 positif yang ASInya di cek untuk COVID-19 yang dilaporkan di kepustakaan. Hasilnya pada 43 ASI ternyata tidak ditemukan virus COVID-19. Pada 3 lainnya memang hasil PCR nya positif, hanya tidak ada informasi yang pasti apakah itu memang virus hidup atau tidak. Dari 3 bayi yang mendapat ASI yang positif virus COVID-19, ternyata dua diantaranya negatif COVID-19 dan satu bayi postif, hanya saja tidak jelas apakah bayi yang positif ini tertular lewat ASI atau lewat kontak erat/droplet waktu Ibunya menyusui bayinya, dan tidak ada informasi juga tentang apakah Ibu nya menggunakan masker serta mencuci tangan dengan benar atau tidak. Di sisi lain, juga pernah ada laporan ditemukannya secretory immunoglobulin A (sIgA) terhadap COVID-19 pada ASI, hanya saja dampaknya pada kemungkinan penularan belumlah jelas.
Baca Juga
Kesimpulan dari analisa ini adalah bahwa sampai saat ini belum ada data yang memadai yang menyimpulkan tentang penularan vertikal melalui ASI. Di sisi lain, secara umum risiko infeksi COVID-19 adalah kecil, penyakitnya juga biasanya ringan atau bahkan tanpa gejala. Sementara itu kita ketahui bahwa manfaat ASI pada bayi amatlah sangat penting. Karena itu maka pada Ibu yang COVID-19 maka menyusui dapat tetap diberikan, tentu dengan prinsip kehati-hatian yang baik, dan untuk itu perlu konsultasi dan pengawasan petugas kesehatan.
Advertisement
Simak Video Berikut Ini:
ASI tidak menularkan virus
Pusat Pengendalian Penyakit (Center of Disease Control - CDC) di Atlanta Amerika Serikat juga menyatakan bahwa sejauh ini bukti ilmiah menunjukkan bahwa ASI nampaknya tidak (bahasa yang mereka gunakan “is not likely”) menularkan virus COVID-19 ke bayi yang disusui. Di sisi lain kita tahu bahwa ASI adalah asupan gizi terbaik untuk bayi dan juga memberi perlindunga terhadap berbagai penyakit, walau tentu belum ada data ilmiah tentang perlindungannya terhadap COVID-19
Walaupun ASI memang nampaknya tidak menularkan ASI, tetapi tetap saja perlu ke hati2an yang ketat bila Ibu dengan COVID positif memuruskan untuk menyusui bayinya. Penggunaan masker yang benar dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama setidaknya 20 detik harus betul-betul dipatuhi. Kemungkinan lain adalah memompa ASI dan kemudian diberikan pada bayi, dan selama prosedur ini tetap saja masker dan cuci tangan harus jadi perhatian utama.
Selain rekomendasi dari dua organisasi kesehatan internasional ternama di atas, WHO dan CDC Atlanta maka juga ada berbagai publikasi ilmiah lain di area ini. Pada 14 September 2020 ada publikasi yang berjudul “Breastfeeding during the COVID-19 pandemic – a literature review for clinical practice” di International Breastfeeding Journal. Hasilnya juga menunjukkan bahwa menyusui tetap dapat dilakukan oleh Ibu yang COVID-19 positif, tentu dengan unsur ke hati-hatian yang seksama. Publikasi lain di jurnal internasional Lancet 10 Oktober 2020 juga menyatakan setuju dengan rekomendasi WHO bahwa wanita dengan COVID-19 dapat tetap menyusui bayinya, hanya mengharapkan agar ada penelitian lanjutan tentang hal ini untuk memastikan perlindungan bayi dan Ibu nya. Artikel “Best Practices for COVID-19–Positive or Exposed Mothers—Breastfeeding and Pumping Milk” pada Jurnal internasional JAMA Pediatrics Patient Page tanggal 26 Oktober 2020 memberikan anjuran yang sama dengan rekomendasi CDC Atlanta di atas, dapat tetap menyusui langsung atau memberikan ASI yang sudah dipompa, tentu dengan sepenuhnya menjaga prosedur kesehatan.
**Penulis adalah Prof Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar Paru FKUI. Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes
Advertisement