Sukses

Kekerasan Seksual Membuat Penyintas Ini Mengalami Dampak Psikologis, Bagaimana Proses Penyembuhannya?

Kekerasan seksual tidak mengenal tempat dan hubungan. Dengan kata lain, kekerasan seksual tidak hanya dapat terjadi di dalam relasi romantis namun juga pada orang yang tidak saling mengenal.

Liputan6.com, Jakarta Kekerasan seksual tidak mengenal tempat dan hubungan. Dengan kata lain, kekerasan seksual tidak hanya dapat terjadi di dalam relasi romantis namun juga pada orang yang tidak saling mengenal.

Hal ini dialami oleh seorang penyintas kekerasan seksual Amy Fitria pada 13 Agustus 2019 lalu. Menurutnya, pelaku pada mulanya bertujuan untuk mencuri namun tindakan pemukulan dan kekerasan seksual pun pada akhirnya tidak dapat dihindarkan.

Akibat kejadian tersebut, dampak utama yang paling dirasakan korban adalah dampak psikologis.

“Terutama dampak psikologis, lelaki itu masuk ke rumahku, enggak tau dia siapa dan dari mana, aku merasa sangat takut dan paranoid juga,” ujar Amy kepada Health Liputan6.com, Jumat (18/12/2020).

Akibatnya, Amy sempat mengalami susah tidur dan merasa ada yang selalu mengawasinya setiap ia pergi ke luar rumah.

Sejak saat itu, rumah yang ia pikir sebagai tempat teraman baginya seketika rasa aman itu hilang seolah diambil oleh pelaku.

“Jadi kayak, tempat yang seharusnya adalah home aku jadi sudah berasa enggak home lagi.”

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Proses Penyembuhan

Kejadian tersebut membawa luka mendalam bagi Amy, butuh waktu lama untuknya menyembuhkan diri dan terbuka atas kasus yang menimpanya.

Setelah kejadian, ia sempat tidak berani untuk tidur sendiri. Bahkan, setiap ia mendengar suara dari luar kamarnya ia sering merasa ketakutan.

Salah satu titik terang dalam penyembuhan psikologis Amy adalah ketika ia mulai berani tidur sendiri.

“Proses penyembuhan itu 6 bulan sampai aku bisa tidur sendiri. Jadi itu langkah pertama dari proses penyembuhan aku.”

Dalam menepis ingatan tentang kekerasan seksual yang menimpanya, ia menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan.

“Saat itu aku sering kerja dan saat enggak kerja pasti aku coba untuk ketemu teman dan cari kesibukan agar pikiran aku enggak ada jeda untuk memikirkan kejadian itu.”

Selain bekerja dan bertemu teman, hal lain yang sering ia lakukan dalam proses penyembuhan adalah membaca buku dan menonton film.

Ia mengaku sempat menapaki fase di mana ia menyalahkan diri sendiri. Namun, kini ia sadar bahwa kejadian ini murni kesalahan pelaku.

“Banyak penyintas yang menyalahkan diri sendiri padahal kejadian itu murni kesalahan pelaku dan di luar kontrol kita,” tutupnya.

3 dari 3 halaman

Infografis Kekerasan dalam Pacaran