Liputan6.com, London - Sejumlah negara di Eropa terdiri dari Jerman, Belanda, Belgia, dan Austria telah melarang penerbangan dari Inggris karena kekhawatiran akan varian Virus Corona baru.
Pembatasan perjalanan ke Inggris dikeluarkan usai para ilmuwan menemukan strain baru Virus Corona penyebab COVID-19 yang menyebar lebih cepat dibandingkan varian strain terdahulu.
Baca Juga
Ditambah pula Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, baru saja mengumumkan pada Sabtu, 19 Desember 2020, berencana mengeluarkan peraturan lock down yang lebih ketat, yang dikenal dengan 'Tingkat 4'.
Advertisement
Kebijakan tersebut mengakibatkan toko, pusat olahraga kebugaran (gym), bioskop, salon, arena bowling, dan sejumlah tempat yang tak penting terpaksa tutup selama dua minggu. Warga juga dilarang bertemu satu sama lain di ruang publik dan juga di luar ruangan.
Pengetatan lock down tingkat 4 di Inggris guna mencegah terjadinya penularan Virus Corona yang lebih parah direncanakan belangsung selama libur Natal dan Tahun Baru.
Simak Video Berikut Ini
Strain Baru Virus Corona di Inggris
Epidemiolog yang menduduki posisi di Health Emergency Program di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Maria Van Kerkhove, mengatakan kepada BBC pada Minggu, 20 Desember 2020 bahwa pejabat kesehatan Inggris pertama kali mengidentifikasi strain baru Virus Corona, yang mendapat sebutan VUI-202012/01, pada pertengahan September.
Sementara itu, Profesor Mikrobiologi di Universitas Reading, Inggris, Simon Clarke, mengatakan, sangat umum bagi virus, tidak terkecuali Virus Corona penyebab COVID-19 untuk bermutasi.
“Ketika mereka menyebabkan infeksi, mereka masuk ke dalam sel kita dan mengambil alih sel untuk membuat lebih banyak salinan dari diri mereka sendiri untuk berkembang biak, dan setiap kali mereka melakukan itu satu set materi genetik baru dibuat untuk setiap virus baru,” kata Simon dikutip dari situs NBC News pada Senin, 21 Desember 2020.
Namun, Simon menambahwa bahwa sejauh ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa strain baru Virus Corona yang menyebar 70 persen lebih cepat mengakibatkan keparahan atau kematian yang lebih parah.
Meski begitu, menurut Ahli Virologi Klinis dari Universitas Leicester, Dr Julian Tang, langkah Inggris untuk melakukan pembatasan atau penguncian wilayah yang lebih tepat merupakan tindakan yang diperlukan.
Advertisement