Liputan6.com, Jakarta Ada berbagai alasan yang membuat penyintas kekerasan seksual tidak langsung terbuka atau speak up tentang kejadian yang menimpa dirinya.
Selain stigma masyarakat yang masih negatif terkait penyintas kekerasan seksual, ancaman dan teror pelaku pun dapat menjadi hal yang menghambat penyintas untuk speak up.
Baca Juga
Korban Pemerkosaan Taeil Eks NCT Dilaporkan Seorang Perempuan Berkewarganegaraan Asing
Jelang Laga Versus Jepang di GBK, Bintang Timnas Indonesia Thom Haye: Atmosfer Bermain di Kandang Itu Gila
Jelang Timnas Indonesia vs Jepang, Denny Darko Prediksi Peluang Skuad Garuda di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Walau demikian, speak up adalah salah satu cara yang efektif untuk membantu penyintas keluar dari keterpurukan. Hal ini dirasakan langsung oleh salah satu penyintas kekerasan seksual Amy Fitria.
Advertisement
Menurutnya, speak up adalah jalan keluar dari musibah yang menimpa dirinya pada 13 Agustus 2019 lalu.
Setelah speak up, “Pada akhirnya aku menemukan jalan keluar dari jalan yang tadinya buntu,” ujar Amy kepada Health Liputan6.com melalui sambungan virtual, Jumat (18/12/2020).
Simak Video Berikut Ini:
Manfaat Speak Up bagi Amy
Butuh waktu lebih kurang satu tahun untuk Amy mengumpulkan keyakinan hingga akhirnya speak up. Kala itu, ia mengaku tak tahu harus minta bantuan ke mana lagi sementara pelaku masih bebas berkeliaran.
Ia memutuskan untuk speak up di media sosial dengan mengunggah foto pelaku yang berhasil tertangkap kamera pengintai. Foto tersebut disertai kronologi kejadian yang dialaminya.
Selang dua hari setelah speak up, pelaku berhasil diringkus polisi. Selain mendapatkan bantuan hukum, speak up juga membuat Amy mendapatkan dukungan dari banyak orang.
“Ada netizen yang menghujat tapi persentasenya kecil. 20 persen komentar negatif, 80 persen komentar positif.”
Terlepas dari hal itu, ia mengakui bahwa speak up sangatlah penting. Namun, setiap orang membutuhkan waktu yang berbeda untuk akhirnya siap speak up.
Perempun yang hobi masak ini juga menyampaikan, speak up sebaiknya dilakukan sesuai dengan kenyamanan pribadi. Misal, media yang dipilih untuk speak up tidak harus selalu media sosial. Keterbukaan tersebut bisa dimulai dari menceritakan pada keluarga atau kerabat terdekat yang paling dipercaya.
“Saran aku, take your time, jangan merasa tertekan kalau ada orang speak up karena setiap orang punya kondisi yang berbeda. Bicara ketika sudah siap sesuai kenyamanan,” tutup Amy.
Advertisement