Sukses

BKKBN Bakal Mendata 77 Juta Keluarga pada 2021, Apa Saja yang Dinilai?

BKKBN bakal mendata 77 juta keluarga pada 2021, apa saja yang dinilai?

Liputan6.com, Jakarta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) akan mendata 77 juta keluarga pada 2021. Pendataan tersebut untuk melihat potret keluarga secara lebih rinci, yang dimasukkan ke dalam Indeks Pembangunan Keluarga atau yang disingkat menjadi iBangga.

Menurut Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Indeks Pembangunan Keluarga bersifat mikro. Artinya, masing-masing keluarga bisa dipotret. Tiga unsur yang dinilai berupa Tenteram, Mandiri, dan Bahagia.

"Indikator yang besar itu mandiri. Apakah Anda punya usaha sendiri, tapi bisa juga ternyata (hidupnya) enggak tentram karena ada selingkuh, cerai, dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)," kata Hasto dalam dialog virtual Membangun Keluarga Berkualitas, Senin (21/12/2020).

"Jadi, nanti potret keluarga akan lebih jelas didata. Kalau kita ingin melakukan treatment, misal, kemiskinan atau hal yang lainnya, bisa melihat lewat potret keluarga ini. Sekali lagi, indikatornya adalah Indeks Pembangunan Keluarga yang merupakan bagian dari Potret Keluarga."

Lebih lanjut, Hasto menyebut, potret keluarga belum pernah dilakukan oleh BKKBN.

"Kami akan melakukan pendataan dengan mendatangi 77 juta keluarga. Masing-masih akan dipotret, masalahnya apa, bagaimana hubungan dengan anak dan istri, ada atau enggak kekerasan rumah tangga," lanjutnya.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Pembangunan yang Dikembangkan Berbasis Keluarga

Potret Keluarga dalam iBangga yang akan didata BKKBN juga melihat sejauh mana ibadah hingga rekreasi masing-masing keluarga. 

"Kami juga akan tanya, apakah ibadahnya bagus atau tidak. Lalu apakah sempat rekreasi atau selama sebulan terakhir. Semua indikator-indikator yang ada seperti itu untuk melihat, apakah anggota keluarga tentram, mandiri, dan bahagia," terang Hasto.

Adanya iBangga, Hasto berharap pembangunan nasional yang dikembangkan berbasis keluarga. Intervensi terhadap keluarga dinilai penting. Apalagi Indonesia tengah memasuki jendela peluang bonus demografi.

"Stunting, putus sekolah, angka kematian ibu dan bayi yang tinggi, kawin muda, ciri-ciri ini tidak bisa petik bonus demografi yang akan menghasilkan bonus kesejahteraan," ujar Hasto yang dipanggil 'Guru iBangga.'

3 dari 3 halaman

Infografis 4 Poin Utama Cegah Klaster Keluarga