Liputan6.com, Jakarta Taman Obat Keluarga (TOGA) menjadi salah satu upaya Kementerian Kesehatan dalam memanfaatkan tanaman-tanaman yang ada di sekitar masyarakat untuk dijadikan obat tradisional.
Program ini diawali dengan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 9 tahun 2016 tentang Upaya Pengembangan Kesehatan Tradisional Melalui Asuhan Mandiri Pemanfaatan Taman Obat Keluarga dan Keterampilan.
Baca Juga
Salah satu dokter yang aktif dalam program ini adalah Ratna Asih, M.Si dari Perkumpulan Dokter Pengembangan Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI). Menurutnya, tugas Puskesmas dalam program ini adalah membina masyarakat untuk membuat kelompok asuhan mandiri.
Advertisement
Syarat kelompok asuhan mandiri berdasarkan surat PMK di atas adalah minimal ada 5 sampai 10 kepala keluarga dalam satu kelompok. Setiap kelompok memiliki kader yang membawahi 5 sampai 10 kepala keluarga tersebut.
“Masing-masing kepala keluarga tadi memiliki 5 sampai 10 jenis tanaman obat yang dimanfaatkan. Misal, dalam keluarga itu ada yang hipertensi maka tanaman apa yang perlu ditanam,” ujar Ratna dalam webinar Geriatri TV, ditulis Kamis (24/12/2020).
Simak Video Berikut Ini:
Menyisipkan Unsur Keindahan
TOGA sebagai taman juga harus ditata layaknya taman-taman lain. Unsur keindahan menjadi hal penting dalam terciptanya sebuah TOGA.
Sebelum menentukan lokasi pembuatan TOGA, pihak Ratna terjun dulu ke masyarakat untuk melakukan survei mawas diri (SMD). Dalam survei tersebut ia melihat dan mencari lokasi yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
“Karena kalau kita tidak ada kerja sama yang baik pasti tidak akan berjalan. Kami kerja sama lintas program dan lintas sektoral untuk sama-sama mengolah dan memajukan.”
Selain diisi oleh tanaman obat, herbal, dan tanaman penghias, TOGA juga dapat dilengkapi dengan tanaman sayuran bahkan kolam ikan contohnya jenis lele.
“5 sampai 10 tahun ini kita memang memiliki kecenderungan kembali ke alam. Kita juga di setiap daerah punya jamu yang kita akui ternyata bermanfaat apalagi kekayaan Indonesia sangat banyak termasuk tanaman obat.”
Berbagai lini termasuk pemerintah juga mendukung untuk membuat jamu menjadi tuan di negeri sendiri, tutup Ratna.
Advertisement