Liputan6.com, Jakarta Kasus kekerasan seksual tidak hanya terjadi pada perempuan, laki-laki pun tak luput dari tindakan mengerikan itu.
Hal ini dialami oleh AR (24) saat duduk di bangku sekolah menengah atas. Tindakan tersebut terjadi ketika ia sedang tidur. Pelaku adalah teman sekolahnya sendiri.
Baca Juga
Jelang Laga Versus Jepang di GBK, Bintang Timnas Indonesia Thom Haye: Atmosfer Bermain di Kandang Itu Gila
Jelang Timnas Indonesia vs Jepang, Denny Darko Prediksi Peluang Skuad Garuda di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Diam-Diam Mencintai Seseorang, Bolehkah Berdoa supaya Berjodoh? Simak Penjelasan Buya Yahya
Akibat kejadian tersebut, AR mengaku sempat trauma hingga cenderung menyendiri. Ia pun cenderung menjadi lebih sensitif dan mudah marah akibat kesal karena hanya dapat memendam amarah tanpa bisa bercerita pada orang lain.
Advertisement
“Sempat trauma, jadi menyendiri, dan cenderung mudah marah, karena mumet, kesal sendiri tapi enggak bisa cerita, karena malu, kayak aib,” ujar AR kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, Rabu (6/1/2021).
Ia berpendapat, salah satu faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual tersebut diantaranya adalah penampilan fisik yang menarik.
“Aku ngiranya orang yang secara fisik menarik (good looking) akan lebih potensial mengalami tindakan pelecehan ini.”
Selain itu, pergeseran nilai atau pandangan masyarakat juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan seksual pada laki-laki yang bertubuh bagus, lanjut AR.
“Kalau laki-laki maskulin sepertinya akan sangat berpotensi mendapat perlakuan seperti ini sejak nilai di masyarakat bergeser, orang nge-gym sekarang dikaitkan dengan gay/LGBT, makanya jadi rawan.”
Simak Video Berikut Ini:
Penyembuhan Diri
Dalam menyembuhkan diri dari ingatan kekerasan seksual yang dialami, AR membutuhkan waktu sedikitnya 3 bulan. Perubahan perilaku pun sempat dialami olehnya, bahkan teman-teman terdekatnya dapat menyadari perubahan tersebut.
“Enggak yakin berapa lamanya tapi mungkin sekitar 3 bulanan, soalnya lingkaran terdekat sempat bilang aku kayak beda terus mereka kayak 'kehilangan' aku gitu.”
Setelah kejadian, AR memutuskan untuk tidak langsung terbuka atau speak up karena satu dan lain hal. Ia mengaku sempat takut dihujat jika menceritakan hal tersebut.
“Karena lingkungan kita atau mungkin lingkungan aku yang seolah mendiskreditkan hal-hal seperti itu, bukannya dapat perlindungan yang ada bisa-bisa aku kena bully.”
Selain itu, ia juga bukan pribadi yang suka menceritakan hal-hal pribadinya kepada orang lain. Namun, seiring berjalannya waktu, ia memutuskan untuk bercerita hanya pada teman-teman terdekatnya.
Hal itu membantunya meringankan beban dan berani melanjutkan kehidupan.
Advertisement