Sukses

Setujui Penggunaan Darurat Vaksin COVID-19 Sinovac, BPOM: CoronaVac Aman

Vaksin COVID-19 Sinovac mendapat restu digunakan secara darurat di Indonesia. Ini efek samping vaksin ini dari penelitian yang dilakukan di tiga negara.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyetujui penggunaan darurat (emergency use of authorization/EUA) vaksin COVID-19 Sinovac. Berdasarkan hasil uji klinis fase tiga di Bandung, vaksin bernama CoronaVac ini memiliki efikasi 65,3 persen.

"Hasil efikasi vaksin sebesar 65,3 persen dari hasil uji klinis di Bandung menunjukkan harapan vaksin ini dapat menurunkan kejadian penyakit COVID-19 hingga 65,3 persen," kata Kepala BPOM Penny Lukito dalam konferensi pers secara daring, Senin, 11 Januari 2021.

Mengenai keamanan, BPOM merujuk pada hasil uji klinik fase tiga di Bandung, serta Turki dan Brasil, yang dipantau selama tiga bulan setelah penyuntikan kedua. Penny, menyebut bahwa vaksin CoronaVac aman dengan kejadian efek samping bersifat ringan hingga sedang.

"Efek samping lokal berupa nyeri, iritasi, pembebgkakan serta efek samping nyeri otot, fatique, dan demam," lanjut Penny soal vaksin COVID-19 Sinovac.

 

2 dari 3 halaman

Efek Samping Berat, Adakah?

Sementara, pada derajat berat seperti sakit kepala, gangguan di kulit dan diare memang ada yakni sekitar 0,1 hingga 1 persen. Namun, tidak berbahaya.

"Efek samping tersebut tidak berbahaya dan dapat pulih kembali," kata Penny.Secara keseluruhan, efek samping tersebut juga dirasakan pada mereka yang mendapatkan plasebo.

Vaksin CoronaVac telah menunjukkan kemampuan dalam membentuk antibodi di dalam tubuh dan menetralkan atau membunuh Virus Corona atau imunogenisitas yang dililhat dari uji klinik 1 dan 2 di Tiongkok pada penelitian selama pemantauan enam bulan. Lalu, hasil penelitian uji klinik di Bandung menunjukkan hasil yang baik

"14 hari sesudah penyuntikan dengan hasil seropositif atau kemampuan vaksin dalam membentuk antibodi sebesar 99,74 persen. Setelah tiga bulan setelah penyuntikan 99,23 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa sampai tiga bulan subjek penelitian masih memiliki antibodi yang tinggi," kata Penny. 

3 dari 3 halaman

Infografis

Video Terkini