Liputan6.com, Jakarta - Hasil efikasi vaksin COVID-19 Sinovac yang diuji klinis di Brasil dilaporkan anjlok ke angka 50,4 persen. Meski masih berada sedikit di atas standar World Health Organization (WHO), namun laporan efikasi vaksin COVID-19 ini jauh lebih rendah daripada pengumuman pekan lalu.
Pekan lalu, para peneliti di Brasil mengatakan bahwa hasil uji klinis vaksin bernama CoronaVac itu menunjukkan efikasi hingga 78 persen melawan kasus COVID-19 gejala "ringan hingga berat."
Baca Juga
Namun, dikutip dari Channel News Asia, pada saat itu mereka tidak mengatakan apa pun soal kelompok infeksi "sangat ringan" di antara penerima vaksin yang tidak memerlukan bantuan klinis.
Advertisement
Ricardo Palacios, Medical Director for Clinical Research di Butantan Institute mengatakan pada Selasa waktu setempat, bahwa temuan efikasi baru ini karena disertakannya data-data pada kasus yang "sangat ringan."
Mengutip Bloomberg, pejabat negara bagian Sao Paulo dan peneliti dari Butantan menjabarkan bahwa mereka membagi kasus COVID-19 dalam enam kategori: asimptomatik (tidak bergejala), sangat ringan, ringan, dua tingkat sedang, dan berat. Dua kategori pertama tidak memerlukan bantuan medis.
Â
Â
Â
Â
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Memasukkan Kasus Sangat Ringan
Dilaporkan bahwa angka 78 persen yang sempat diumumkan pekan lalu memperhitungkan kasus ringan, sedang, dan parah.
Saat kasus "sangat ringan" di 13 ribu sukarelawan dimasukkan, angkanya menjadi 50,4 persen, dengan 167 terinfeksi pada kelompok plasebo dan 85 pada kelompok vaksin.
"Vaksin menurunkan intensitas penyakit," kata Palacios.
Ia mengatakan bahwa fakta uji klinis dilakukan pada petugas medis yang sangat terpapar virus, serta dua dosis yang diberikan dalam waktu singkat, membantu menjelaskan efikasi yang lebih rendah.
Palacios juga mengatakan bahwa kasus "sangat ringan" yang dimasukkan dalam laporan juga berdampak pada angka akhir.
"Kami menambahkan semua kemungkinan kesulitan," ujarnya. "Ketika Anda mempersingkat waktu antar dosis, Anda menurunkan respon kekebalan.
Butantan sendiri mengatakan bahwa tidak ada efek samping serius yang dilaporkan dalam uji klinis. Tujuh sukarelawan dari kelompok plasebo membutuhkan rawat inap, sementara tidak ada kelompok vaksin yang membutuhkannya.Â
Advertisement
Kritik dari Pakar
Dilaporkannya sebagian data beberapa waktu lalu membuat beberapa ilmuwan dan pengamat mengecam Butantan. Hal ini disebut hanya menghasilkan ekspektasi yang tidak realistis.
"Kita punya vaksin yang bagus. Bukan vaksin terbaik di dunia. Bukan vaksin yang ideal, tapi tetap vaksin yang baik" kata Natalia Pasternal, ahli mikrobiologi.
"Kita butuh pembicara yang lebih baik," kata Gonzalo Vecina Nato, profesor kesehatan masyarakat di University of Sao Paulo dan mantan kepala regulator kesehatan Brasil, Anvisa.
Meski begitu, Palacios menekan bahwa tidak ada sukarelawan vaksin CoronaVac yang harus dirawat karena gejala COVID-19 di rumah sakit. Pakar mengatakan hal itu mungkin menjadi kabar yang cukup melegakan bagi Brasil.
Namun, perlu waktu lebih lama untuk mengekang dengan vaksin yang masih memungkinkan banyaknya kasus ringan. "Ini adalah vaksin yang akan memulai proses mengatasi pandemi," kata Pasternak.
Sementara itu di Indonesia, CoronaVac dinyatakan memiliki efikasi 65 persen pada populasi umum dan telah mendapatkan izin pakai darurat. Di Turki, laporan efikasi mencapai 91,25 persen berdasarkan analisis interim.
Infografis Vaksin Sinovac Boleh Digunakan dan Halal
Advertisement